Langsung ke konten utama

Postingan

TERJEBAK OLEH KETIDAKTERBATASAN

Semakin kesini, saya semakin sadar bahwa ada hal-hal yang tak lagi penting untuk dilihat dengan perhatian yang lebih. Cukup diketahui dan dibiarkan saja. Penerimaan yang kita lakukan terhadap hal-hal yang tak penting itu adalah sebuah tindakan yang sia-sia. Selain karena ia tak memberikan kontribusi positif apa-apa di dalam hidup kita, juga karena ia adalah ujaran-ujaran yang terkesan kekanak-kanakan. Pada hari ini, kedewasaan telah menjadi satu-satunya penilaian terhadap perilaku seseorang dan dengan pengertian bahwa tak semua kawan itu baik, maka ada orang-orang yang memang harus kita hindari. Lingkungan membentuk individu dan lingkungan yang kita bicarakan ini pun adalah lingkungan yang terdiri dari lebih dari satu individu, sehingga orang-orang yang kita biarkan masuk di dalam lingkaran kehidupan kita adalah orang-orang yang akan mempengaruhi cara berfikir kita dan bagaimana kita akan menjalani kehidupan kita dalam suatu bentuk kemasyarakatan. Maka adalah sebuah keharus
Postingan terbaru

A Half Truth is Not A Truth

Untuk bisa kembali melihat dunia dengan damai, harus ada pergolakan yang di perjuangkan. Beberapa orang melihat kebenaran sebagai sebuah akhir yang absolut. Tanpa punya celah untuk dipertanyakan lagi, kebenaran bagi mereka adalah apa yang mereka percayai. Subjektifikasi terhadap kebenaran yang objektif merupakan perlakuan yang salah. Tentang kehidupan yang kita jalani atas dasar perspektif adalah juga kesalahan yang kita biarkan. Kita membiarkan diri kita menerima sebuah preposisi yang tak teruji, sebuah kesimpulan yang di dapat hanya dari satu sudut pandang. Perspektif adalah kebenaran yang tak sempurna. A half truth is not a truth. Kebenaran yang hakiki adalah kebenaran yang tidak kita sebagai manusia percayai, melainkan sesuatu yang tak lagi bisa kita sangkal. Tak peduli apakah kebenaran itu menghancurkan landasan hidup kita, atau menistakan kepercayaan kita, ia akan tetap menjadi kebenaran yang absolut. Takkan tergoyahkan oleh apapun dan takkan hancur oleh setiap

Ketidak-jujur-an dalam Hidup dan Sebuah Optimisme tentang Masa Depan

Keterkaitan antara masa lalu dan harapan, akan selalu bermuara pada penyesalan. apakah kemudian masa lalu harus dilupakan dan terkubur bersama dengan harapan-harapan yang kita jejalkan di dalamnya, atau hanya akan kita bicarakan dengan diri kita sendiri disaat tak ada lagi yang bisa kita ajak bicara. itu semua adalah pilihan-pilihan yang bermakna dan punya nilai yang mungkin hanya kita yang mengetahuinya. lagi pula siapakah kita jika bukan manusia yang pasti selalu bernostalgia dengan kenangan-kenangan masa lalu. garis waktu yang kita ukir sejak pertama kita kita bisa mengingat wajah-wajah yang kini mulai samar, hingga sampai saat ini dimana kita mungkin berhenti sejenak untuk kembali melihat apa yang akan kita lukiskan lagi di masa depan, adalah sebuah perjalanan yang punya banyak kata untuk digambarkan. "waktu yang menyenangkan", "permasalahan hidup yang berat", atau kehilangan yang menyakitkan", adalah beberapa ungkapan yang biasa kita gunakan. seba

Ratusan Jalan : Tersenyumlah walau hidup terasa amat berat.

Ini akan menjadi satu dari sekian motivasi diri yang kuberikan kepada siapapun yang sudi membacanya... ada banyak masalah yang kita hadapi dan sebagian besar yang paling menyakitkan mungkin adalah perihal rasa sakit hati dari ketidak-respect-an orang lain terhadap setiap usaha dan pengorbanan yang kita lakukan. Tanpa tahu bahwa kebahagiaan sejati bukanlah kebahagiaan yang egois, ada beribu alasan untuk kita mulai mempertanyakan kembali setiap garis kemapanan yang telah ada saat ini. Terkadang memang harus kita akui bahwa pergi adalah satu-satunya cara untuk tak lagi bertemu dengan masalah dan segala isinya. Kepada mereka yang tak lagi mampu menahan beban, kepada mereka yang sudah terlalu lama ditindas dalam ketidakadilan... berkata 'lawan!' tidaklah semudah yang semestinya, ada rasa segan yang dalam, ada keraguan yang menahan. Tanpa mereka sadari bahwa telah sampai mereka pada pergolakan kehidupan yang paling dilematis, pilihan antara bertahan dalam kemerosotan eksistensi oleh

UNSECURE CHOCOCHIPS : Dunia yang ingin kita lihat

hujan selalu bisa menjadi objek tulisan yang paling menyenangkan untuk diangkat, tentang aroma yang khas, tentang cerita dan kenangan yang kembali hidup,tentang sebuah lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu... hujan, haruskah kita bicarakan dia dengan bagian-bagian nya yang menarik dan oleh setiap tetesnya kita dipaksa untuk berlaku secara sentimentil dalam dimensi yang teramat lembut? pada terjemahan paling elegan yang bisa diberikan oleh pikiran kita, hujan adalah bentuk moment yang datang tanpa kemampuan untuk kembali - tak ada hujan yang bisa kembali jatu kelangit saat telah ia telah menyentuh kulit bumi. sama seperti penyesalan dan air mata. siulan angin diantara pepohonan terasa bagaikan pangilan peringatan akan datangnya hujan, sebuah panggilan rahasia tanpa makna yang kompleks, hanya pertanda, hanya suara. pun demikian kita pun merasa ada yang akan datang saat melihat langit yang berubah hitam dan kelabu awan pun menyapu biru langit seakan mempertegas d

Moon on the Water : Seakan kita bisa hidup selamanya.

Tersenyum. Menangis dalam diam, bahagia, takut, kecewa, marah... kepada setiap emosi itulah kita mendefinisikan kembali kepribadian kita sebagai manusia, dan dalam berbagai pergolakan antar emosi kita lalu mampu melihat kembali respon yang kita buat dalam balutan tindakan manusiawi. Menangis adalah respon yang kita berikan akibat persentuhan antara kecewa dan sedih, tertawa adalah respon yang kita berikan akibat kontak antara bahagia dan lucu, dan dengan mekanisme ini kita menginterpretasikan semua realitas kemanusiaan yang kita temui. Sebuah mekanisme emosi yang inheren (melekat). Dengan bertaburnya jumlah posibilitas respon yang bisa kita berikan, terkadang ada banyak situasi yang kemudian memaksa kita untuk tenggelam di dalamnya, sebuah keterasingan yang nyata bahwa dalam beberapa waktu kita seakan tertahan dalam pembahasan mengenai kekecewaan yang mendalam. Terdiam dalam respon tanpa terkendali, bahkan hilang dalam kekecewaan itu sendiri. Sebuah ketidaksempurnaan yang manusiawi.

Dead End Freedom : Kebebasan yang sesungguhnya.

Berat hati saat harus meratapi kenyataan bahwa tak semua yang kita inginkan bisa jadi sebuah kenyataan. Seperti keringat yang berlinang diantara gersangnya gurun tanpa setetes air, keberadaanya adalah penghinaah pada penderitaan. Memanggil bulan untuk kembali pada kawanan serigala bahkan jika gelap malam menutupi harapan dalam cahayanya, jangan pernah percaya bahwa kita tak bisa berbuat apa-apa. Kebisingan yang tak berujung kini hadir mengisi perpustakaan indra yang semakin lama justru semakin menenangkan, entahlah... terkadang kita terjebak dalam dualisme yang kontradiktif namun berujung pada kedamaian yang aneh namun menenangkan, merasa sepi dalam keramaian, senang dalam kesedihan, tenang dalam kemarahan, bimbang dalam kepastian, terang dalam kegelapan dan bahkan mati dalam kehidupan... hidup manusia kini tak lagi bicara tentang sebuah gagasan mengenai keseimbangan (equilibrium). Keterasingan yang dirasakan oleh mereka yang paham dialektika historical gagasan Marx dalam hubungannya