Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Kids Dilema : menjawab pertanyaan paling monumental dalam sejarah kemanusiaan

Realitas kehidupan pada kenyataanya lebih butuh sebuah sentuhan yang lebih nyata oleh kekecewaan, penolakan dan kegagalan. Dengan itu, setiap pribadi yang lahir dalam ruang dan waktu ini akan merasa bahwa ada sesuatu yang lebih nyata untuk diwujudkan, sesuatu yang menjadi motivasi pada kehidupannya dan yang kan menegaskan pribadinya menjadi lebih eksis dari sebelumnya. Hanya dalam pergolakan untuk kebahagiaan, manusia dapat kita katakan hidup. Sebuah alasan yang dicari dan diciptakan. Bukan berarti bahwa kebahagiaan dan kenikmatan instan yang kita peroleh lalu mengkaburkan makna kehidupan yang sesungguhnya, bukan juga bahwa cinta dan harta yang telah kita peroleh adalah penghambat yang mengekang eksistensi kita sebagai manusia, namun harus juga dipahami bahwa ada subyektifitas dalam diri setiap manusia, sebuah relativitas dalam alam semesta mikro yang ada pada diri masing-masing kita, yaitu jika kebenaran hanya berlaku untuk manusia dan kepribadiannya, maka takkan ada kebenaran yang l...

Inside Contact : bermain-main dalam pusaran kausalitas yang rapuh

Ultimatum telah diturunkan kepadamu perihal problematika kehidupan yang tengah engkau hadapi. Sebuah ancaman akan keabsolutan takdir yang mengekang, bahwa harus engkau hadapi kenyataan bahwa tak ada tuhan diatas sana. Perlukah lagi hakim bagi kejahatanmu pada kemanusiaan? Perlukah juga saksi bagi pembelaanmu yang tak berdasar? Bahwa telah kau lemparkan hakmu untuk hidup dan menentukan pilihan kepada yang transcendent, yang tak punya kontribusi apa-apa terhadap pilihan yang kau ambil sebagai manusia. Kejahatanmu adalah sesuatu yang kau sebut iman. Padam juga api semantic yang coba kau gunakan dalam penafsiran soal korespondensi ketuhanan di dunia manusia, terlebih pada zona intra personal yang lebih intim dari gubahan-gubahan seniman sosiologi, anthropology maupun theology tentang manusia dan masyarakat. Dalam aksara yang dikenal oleh semua umat beragama itulah mereka mencari kebenaran yang absolute dan sekaligus naif. Seperti angin yang bertiup dari banyak arah, seperti itu pula kebe...

The Grand Time : dari jingga fajar menjadi biru

Banyak-banyaklah menatap angkasa dan saksikan bagaimana dia berubah dari jingga fajar menjadi biru lalu putih kemudian kelabu dan menangis menjadi hujan. Langit merupakan analogi paling monumental tentang kehidupan dan untuk manusia, dia adalah sahabat yang paling menyenangkan. Terbit kita cemerlang memancarkan semangat kehidupan dikala muda, hangat dan begitu indah. Engkau dan kita pernah jadi sehangat itu dulu, tertawa dan lepas tanpa beban, berlari mengejar layang-layang dan tersenyum pada pematang sawah dan sentuhan lembut sungai-sungai dengan jembatanya yang menjulang. Hidup kita waktu itu merupakan pagi yang hangat. Ketika tiba pada satu titik dimana waktu berjalan searah dengan harapan, tunduk kita pada kelemahan manusiawi yang membelenggu, bahwa takdir hanyalah mimpi yang pasti jadi kenyataan. Seperti itulah hidup yang sesungguhnya. .A.

The Visitors Explained : hiduplah untuk hari ini saja.

Hiduplah sebebas yang kalian bisa, jangan berhenti walau dihadang oleh untaian pedang. Kebebasan yang suci itu haruslah jadi milik kita seutuhnya tanpa batasan dan pengalihan. Berteriaklah pada langit dan bintang, hiduplah untuk hari ini saja. Jangan merasa bahwa kesalahan adalah tanda untuk berhenti. Kemanapun pergi dan hilang setiap titian dan jatuh kita dalam belaian takdir, percayalah pada pilihan yang kita ambil dan pada kebulatan tekad itu... cintailah semua kesia-siaannya. Tanpa senyum yang mekar kita takkan bertahan dari hempasan badai kehidupan, bergelantungan dari atas pepohonan ruang dan waktu untuk hidup dalam ketakutan sepanjang masa. Tertawalah tanpa batas. Dan hilangkanlah rasa segan yang mengurung kemanusiaan kita, tumpahkan saja diri kita apa adanya.. tanpa penyesalan dan air mata. Hidup kita pasti akan bahagia. A