aku menyerah, menyerah pada negri yang terbawa umpan orang orang berwarna, dimana pemimpin tak pernah berpuasa memotong agama bahkan menjerat derita bersama sama kedalam cawan kotor bertabur sampah, menjual diri demi kertas kertas suram serta kursi kursi patah meski hina mereka, tetap, malu telah hilang dari setiap sudut sanubari yang telah gelap akan dunia.
aku menyerah, menyerah pada penerus penerus bangsa yang cinta akan gelas gelas mahal tertuang dunia, pemuda pemudi tak berguna yang menjadikan malam sebagai dewa, berpesta bagai binatang hina tak bernyawa berpaling dari kisah nyata derita di sudut sudut gelap ibu kota mencurahkan, bertumpuk tumpuk kertas penyambung nyawa demi sekedar kepuasan akan surga surga dunia dimana moral dan agama tak lagi sepadan dengan wiskey dan sex yang berlimpah.
aku menyerah, menyerah pada muramnya masa depan bangsa yang terombang ambing di bawah pemimpin pemimpin hina, pada penerus penerus bangsa yang bahkan tak lebih baik dari mahkluk mahkluk najis penjilat dunia.
aku terhina aku terlunta , tak ada yang mendengar barang sedikit kata dari satu orang yang bahkan tak lebih penting dari sendok sendok berkarat di meja meja gelap tanpa udara
aku tersudut aku tertindih, tak seberapa pentingnya diriku ini sehingga sebegitu jijiknya mereka memandang setiap sudut ucapku yang bahkan tak lebih hina dari sampah sampah hitam di selokan selokan gelap bersimbah limbah.
aku berkata aku bicara, meski tulisan tulisan ini tak lebih indah dari syair syair cinta anak manusia , meski tuturan kata kata ini tak lebih sempurna dari tutur tutur kata dalam novel novel mahal penyayat derita , dan meski diri ini tak lebih pandai dari tokoh tokoh besar pembentuk sejarah, satu hal yang pasti adalah aku berkata aku bicara dan aku bisa.
inilah segelintir kata kata yang bisa kubawakan untuk sesama meski buruk rupa, kotor bahkan tak berguna, setidaknya aku bersuara................................-salam damai-
Komentar
Posting Komentar