Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Kunci Duplikat : demi sepucuk kedamaian di dalam kesendirian

Ada banyak cerita yang bisa kita mintai pertanggungjawaban oleh malam. Cerita tentang para pemungut sampah, para supir mikrolet, para tukang parkir atau bahkan para preman yang masih bebas bertukar intimidasi antar sesama manusia. Ada sudut gelap yang baru saja dibunuh cahayanya, ada semak hitam yang pernah hijau diterpa cahaya, ada kedipan lampu-lampu dari belakang banyak kendaraan yang masih melaju.. malam, adalah sebuah perenungan yang penuh kemisteriusan. Tak ada lagi kunang-kunang yang terbang membentuk garis abstrak tak bertinta, tak ada lagi panggilan misterius dari sang burung hantu, tak ada lagi bunyi sentuhan dahan pepohonan dikala angin menyentuh dan langit yang gelap menertawakan... malam di kota metropolitan adalah malam penuh kepalsuan. Jejak langkah ku tinggalkan dibelakang jalan dengan terowongan dedaunan. Aku pulang, menembus belantara malam demi sepucuk kedamaian di dalam kesendirian... berharap suatu saat nanti ada engkau yang kan setia menanti. A

Kapan ? : Jangan menangis !

Stigma kelaki-lakian bahwa menangis adalah tabu bagiku seakan menghempaskan kepala yang ingin bersandar dipundak kenyataan ini. Berkata kepada orang lain dan membagi untaian derita dengan cerita, seakan lagi dibatasi oleh pamflet besar bertuliskan "LAKI-LAKI", dan seperti apa lagi harus kuputar balik setiap kata dalam kalimat-kalimat bahasa indonesia ini, untuk bisa dapat dimengerti bahwa hidup bagiku bukan lagi satu keindahan melainkan ujian tanpa jawaban. Jika dia masih ada maka akan tercurah lagi air matanya saat melihatku dan apa yang telah kulihat dan kulalui dalam hidup ini. Dia akan menangis saat melihatku berkutat dengan ketidakadilan dunia yang pernah dia rasakan, seperti berkaca pada masa lalunya bahwa ada lebih dari banyak kata-kata pedih untuknya menggambarkan kehidupanya dan aku saat ini. Jaket lusuh yang pernah kulihat dipakainya berkendara dalam bualan orang-orang di dalam kota, kini terpampang lagi satu kenyataan bahwa perjuangannya untuk hidup dan menghidup...

Udara : melihat pelangi bersamamu

Dan masihkah engkau ada untukku? Namun waktu masihlah muda, bersama dengan raga kita yang belumlah lama bersenandung diatas dunia. Harus seperti apa lagi kita meyakinkan langit dengan ribuan sajak sajak cinta-aku... untuk kamu saja. Orang lain boleh menjadi penonton dalam drama tanpa tajuk ini, merenungkan nasib kita seakan akan tiba saat bagi kita untuk diadu dengan takdir dan kenyataan. Tukang sepatu pun hanya bisa membuat jahitan dari atas kebawah dan menggulung benang yang lepas dari lubang jarum... aku, tak peduli. Rumah kita akan kubuat rindang dengan kebun yang menjaga akar-akar pepohonan buah. Kan sama seperti kemilau pantulan senja dari atas dedaunan hijau, kau kan buatkan aku secangkir teh hangat dan dengan habisnya tetesan gerimis setelah hujan, kan kau buka tabir dari balik awan kelabu yang tersambung oleh jembatan maya penuh warna... aku ingin melihat pelangi bersamamu. Harus seperti itu aku hidup bersamamu.... nanti. A

Hari Kelahiran Yang Gugur

Biarkan saja malam berganti tanpa keheningan, menggema bagai teriakan badai bersenandung merdu nyanyian kesedihan. Biarkan Tuhan menghakimi segala prasangka yang diucapkan oleh hati yang tak percaya, menghakimi tersangka tanpa pernah berkata kembali kepada waktu bahwa ada saat dimana bumi harus berhenti berputar. Kapankah hari ini kan berakhir ? Jika setiap waktunya yang kita buang harus kembali seperti sedia kala, saat semua tak berarti apa-apa. Ini Malamku yang terang benderang oleh cahaya mentari yang terlambat pulang, bertemaram kilau bintang menertawakanku dari atas sana, harus seperti apa lagi bisa hujan turun tanpa ragu? Jika awan kelabu tak lagi mempercayaiku? Biarkan sajalah.....

Seperti Merpati yang Menari Bersama Badai

Adalah sebuah kebebasan saat kita bicara perihal cinta kepada jiwa yang kita kenal. Badai di atas langit yang kita lihat bersama adalah manifestasi dari semua yang kita rasa, melayang perlahan dalam gelap malam yang diganggu oleh petikan cahaya buatan manusia. Seperti ternoda oleh kotor yang bercahaya. Cinta seperti apa yang akan kita perbincangkan malam ini? Adakah bijak jika kita harus bicara tentang cinta yang kita lihat dari orang lain? Ataukah kilatan cahaya di atas langit kota ini sepadan dengan deburan gelombang perasaan yang kita rasakan di dalam dada? Bahwa cinta adalah badai dan dia berbahaya. Siapakah aku dan kamu dalam pembicaraan ini? Menerka dengan penuh tanda Tanya kepada entah apa. Jika mungkin, dirimu dapat dipersamakan dengan luasnya langit dan lembutnya angin, terdiam dalam keparipurnaan hidup sang manusia, bersua dengan pelukan keabadian surga... engkau dan aku yang bagaikan merpati dengan sayap yang luka. Sambutlah wahai langit indah itu, dalam belaian badai yan...