Semakin
kesini, saya semakin sadar bahwa ada hal-hal yang tak lagi penting untuk
dilihat dengan perhatian yang lebih. Cukup diketahui dan dibiarkan saja.
Penerimaan yang kita lakukan terhadap hal-hal yang tak penting itu adalah
sebuah tindakan yang sia-sia. Selain karena ia tak memberikan kontribusi
positif apa-apa di dalam hidup kita, juga karena ia adalah ujaran-ujaran yang
terkesan kekanak-kanakan. Pada hari ini, kedewasaan telah menjadi satu-satunya
penilaian terhadap perilaku seseorang dan dengan pengertian bahwa tak semua
kawan itu baik, maka ada orang-orang yang memang harus kita hindari.
Lingkungan
membentuk individu dan lingkungan yang kita bicarakan ini pun adalah lingkungan
yang terdiri dari lebih dari satu individu, sehingga orang-orang yang kita
biarkan masuk di dalam lingkaran kehidupan kita adalah orang-orang yang akan
mempengaruhi cara berfikir kita dan bagaimana kita akan menjalani kehidupan
kita dalam suatu bentuk kemasyarakatan. Maka adalah sebuah keharusan bagi kita
untuk kemudian memilah dan memilih orang-orang yang baik untuk kita dan
menghindari orang-orang yang hanya akan merugikan diri kita secara personal.
Pada
taraf pemilahan ini, saya seakan mulai membentuk sebuah wacana penilaian yang
terakumulasi dalam rentang waktu yang cukup Panjang, kesimpulan yang kemudian
saya Tarik adalah bahwa orang-orang tertentu di dalam lingkaran saya kini
bukanlah merupakan pribadi yang positif. Kesimpulan itu diambil bukan hanya
sekadar atas dasar perasaan namun juga dengan mengggunakan kesadaran yang lebih
tinggi.
Orang
orang ini adalah mereka yang terjerumus dalam permasalahannya sendiri lalu
melampiaskannya dengan cara-cara yang sangat-sangat sia-sia. Istilah yang
dipakai secara umum untuk menggambarkan orang-orang semacam ini adalah bully.
Di
dalam keadaan kontemporer saat ini, pengaruh dari dunia virtual seakan semakin
berbahaya dan mengambil peran yang teramat besar dalam bagaimana cara kita
berkomunikasi, namun hal tersebut juga memberikan kita sebuah konsekuansi yang
lain, yaitu tak terkontrolnya ujaran-ujaran yang dibagikan di dalam khalayak
virtual itu. Kenyataan bahwa lebih mudah mengatakan sesuatu saat kita tak
bertatap mata langsung secara nyata, menjadikan dunia virtual sebagai ranah
yang penuh ujaran tak bertangungjawab, dangkal dan tak terkontrol.
Dengan
penjelasan itu saya kemudian sampai pada akhir dalam tulisan ini, yaitu bahwa
ke-kontemporeran cara kita berkomunikasi telah membawa kita pada suatu jurang
social yang teramat curam.tanpa ada lagi tanggungjawab dan kedewasaan dalam
mempergunakan kata-kata, banyak dari kita kemudian dengan sengaja maupun tidak
telah menjadikan diri kita terjebak oleh ketidakterbatasan yang membawa bahaya
laten.
Dengan
kesungguhan hati, dan kesadaran yang paripurna, kita harus berani untuk memilih
orang-orang yang tepat di dalam lingkaran kehidupan kita, bukannya memberikan
toleransi kepada orang-orang yang memang hanya mau merusak kehidupan kita
secara perlahan. Social media bukanlah segalanya, ada hal yang lebih penting dan
berharga, yaitu kebersamaan yang kita dapatkan secara nyata. Matikan smartphone
kita saat sedang Bersama dengan orang-orang yang berharga, jauhi orang-orang
yang hanya bisa memberikan komentar-komentar yang sia-sia, jangan persulit
kehidupan kita dengan berteman dengan orang-orang yang negative, ada kehidupan
yang lebih nyata dari sekedar grup di WA atau jumlah followers di IG, ada
kebahagiaan yang lebih nyata dari sekedar like di semua media social kita.
Don’t
even bother with those who can only blame us for everything that they don’t
know about…life is to short to spent with them. Let’s find our own happiness.
Komentar
Posting Komentar