Langsung ke konten utama

PSIKOLOGI SOSIAL 120



jika badan ini tegak memandang langit bagaikan musuh besar bertatap lama penuh emosi, maka jadikanlah ini lukisan hitam tanpa cahaya dengan bingkai gelap yang dilahap kasar dinding masa lalu, karna hidupku adalah mimpi dan jiwaku adalah dia yang begitu nyata dalam gelap dunia tanpa mentari”

            Hari itu cerah, matahari tidak terlalu sering membakar bumi dengan panas yang membara, hanya sedikit awan yang memberikan setumpuk perlindungan dan bayangan pepohonan hijau yang mempermanis wajah kota yang seperti biasa memang penuh dengan teriakan dan keputusasaan dan derita yang berselimut tanya akan masa depan dan kota yang menghitam di setiap sudut mata memandang dan kejahatan selalu ada bahkan saat malam menerjang, dia selalu ada tersenyum dalam ketidakadilan dunia, ketidakakdilan manusia-manusia masa kini. Aku, … siapa aku? Tak ada yang tahu dan mau peduli dengan seorang yang bukan siapa-siapa bagi mereka, bukan seorang yang penting bahkan untuk tahu dia hidup atau mati sekalipun adalah teramat sulit untuk dilakukan. Aku adalah aku dan hari ini adalah hari pertama perkuliahan di kampus jingga, semester ganjil baru saja dimulai dengan 120 menit  psikologi sosial sebagai mata kuliah pembuka, dan bukan karna jiwa adalah abstrak dan kesadaran adalah nyata maka manusia adalah “ada”, tapi karna politik adalah kuasa dan administrasi adalah kerjasama maka masyarakat adalah “korban dari otoritas”.

            Ah… hidup seorang mahasiswa tidaklah seperti yang terbayang dalam bayangan angan waktu SMA, juga tidak seperti sinetron-sinetron bodoh yang memuakkan logika, “jadi mahasiswa itu menyenangkan tapi susah dijalani !” seperti itulah kira-kira slogan iklan yang menggambarkan seperti apa rasanya menjadi mahasiswa, bukan hanya tentang materi atau tentang waktu yang kadang terasa lama dan mengekang, tapi lebih tentang tanggung jawab dan semangat juang, tentang orang tua dan masa depan, tentang skripsi dan dosen-dosen tak berperasaan. Oh… betapa hidup ini hampa untukku yang tak punya banyak dosa !.

            Perkuliahan masih berlanjut dan 32 menit pertama materi ini berjalan aku hanya termangu dalam khayalan-khayalan mainstream seorang mahasiswa “kere”, tentang apa yang akan terjadi jika aku mengutang lagi di warung makan mbo jinem padahal utang minggu lalu juga belum lunas barang sepeserpun?, atau tentang cara menghindari jutaan tanya dari ibu kos yang telah berbulan-bulan kutelantarkan kewajibanku kepadanya yang memang apa daya tangan tak sampai, uang tak punya hati merana, ah… beginilah nasibku, tak ada yang peduli pada rintihan jerit tangis seorang mahasiswa. Haah. Hilang lamunanku bersambung dengan suara dosen “amburadul” yang dari tadi mengoceh tentang jiwa dan manusia, memang apa pentingnya kami mahasiswa administrasi mempelajari jiwa? Apakah dengan mempelajari jiwa kami akan bisa menyembuhkan orang dengan kelainan jiwa? Tentu tidak. Atau apakah kami lalu bisa terbebas dari penyakit jiwa? Ah omong kosong !. tentu saja semua itu kuutarakan dalam hati karna jika sampai dosen itu tahu, pasti takkan ada yang tersisa dariku selain nama dan nomor induk mahasiswa yang kudapat dengan susah payah dalam ujian lakhnat SNMPTN tahun lalu.

            50 menit sudah perkuliahan tentang jiwa ini berlangsung dan tak ada tanda-tanda dosen ini akan berhenti barang sejenak memberikan kami nafas berkutat dengan jiwa-jiwa malang penghuni surga. Hah… betapa lamanya waktu berjalan. Lalu saat dosen ini mulai membahas tentang Sigmund Freud, ketertarikan mulai menjalar dalam diriku, kutegakkan gesture dudukku dan kuperhatikan setiap kata yang melintas dalam ruang kelas ini tentang Sigmund Freud dan psikoanalisa-nya dan bahwa alam bawah sadar manusia adalah ranah yang jauh lebih menarik dari pada alam sadar manusia itu sendiri dan bahwa mimpi adalah proses mewujudkan keinginan di alam bawah sadar dan kenyataan bahwa hasil karyanya telah membuka tabir dalam penelitian tentang alam bawah sadar manusia lebih dalam dari yang pernah dilakukan peneliti lainnya adalah bukti pantas tentang pengukuhannya sebagai bapak psikologi modern sampai saat ini. Aku memang sangat tertarik dengan pemikiran ilmuan yang satu ini apalagi tentang jabaran-jabarannya soal manusia dan alam bawah sadar beserta hasil-hasil penelitiannya dalam buku psikoanalisa yang sungguh sangat beruntung aku sempat membacanya, ah… luar biasa ilmuan yang satu ini, Sigmund freud. Dan saat pembicaraan tentang freud habis, maka kebosananku pun ikut terbawa dalam detik demi detik waktu yang membunuh.

            76 menit sudah waktu berlalu dalam ruang kuliah D4 di gedung FISIP ini dengan masih dan takkan terganti pembahasan tentang jiwa dan segala bentuk retorika –retorika yang jumawa dari dosen yang masih setia berkutat dalam pembicaraannya yang semakin membunuhku dalam kematian yang dramatis lagi melankolis ini. Kemudian semakin jauh anganku melayang menembus batas-batas kesadaran menuju tempat dimana alam bawah sadarku bebas memikirkan apa saja dan siapa saja. Ya, siapa saja. Dan secepat itulah aku melihatnya, bertemankan langit merah, duduk di atas bukit dengan rumput hijau terurai jauh menutupi bukit, disana dia duduk diatas bangku kayu panjang yang sederhana menopang tubuhnya yang anggun dan lambaian rok panjangnya memperindah pemandangan surgawi yang teramat manis walau hanya dalam mimpi sekalipun. Gadis manis yang tak lagi asing dalam hari-hariku di kampus jingga ini adalah alasan kenapa begitu rajinnya aku datang di kampus ini, senyumnya adalah anugrah terindah dari langit ke-tujuh dan tawanya bagaikan irama surga yang menembus batas-batas dunia manusia. Dia begitu indah dalam setiap lambaian mata dan begitu mempesona dalam seluruh citra, dia adalah malaikat yang dikirim tuhan untuk memberikan semangat padaku dan pada dunia, ah… cantiknya bidadari manis itu ya tuhan, sungguh engaku adalah tuhan yang paling baik kepadaku dan hari-hari penuh derita yang kulaui takkan berarti apa-apa jika ku bisa melihat barang secerca senyum manis itu, oh…apakah yang terjadi dengan diriku ini, apakah ini yang namanya cinta ? cinta cinta cinta.

            Mungkin memang benar bahwa ketika kita bermimpi maka itu adalah manifestasi dari keinginan kita, keinginan bawah sadar yang meronta dan bergejolak untuk dipenuhi dengan segala kelengkapanya, dan dia, gadis itu adalah bintang dalam setiap mimpiku, setiap anganku adalah cerita tentang dia dan senyumannya. Namun, kadang keinginan hanya akan menjadi keinginan semata, dia hanya akan menjadi nyata dalam pikiran kita dan bukan di dunia.

            117 menit telah berlalu dalam ruang kelas dengan delapan jendela dan satu pintu ini, sang dosen berhenti berucap dan senyum dan tawa mulai menggema dari para mahasiswa yang sadar bahwa semua kebosanan itu telah berakhir. Menit-menit yang tersisa terpakai untuk membacakan absen setiap mahasiswa  satu per satu, kebiasaan yang menurutku sungguh membuang-buang waktu. Nama demi nama dipanggil dengan perlahan dan lantang semakin lantang bersamaan dengan riuh gaduh suasana kelas yang tak kondusif, tapi disitulah aku, duduk termenung dalam batas antara sadar dan tak sadar, antara ego dan id mungkin dalam taraf super-ego, entahlah, namun satu yang pasti lamunanku bukanlah tentang jiwa atau hutang yang menumpuk diluar sana, diluar kelas disamping kota dan dunia yang tak pernah adil, tidak. Lamunanku adalah tentang dia, wanita santun yang sungguh senang aku melihatnya, sungguh tenang aku bersamanya, dan sungguh dia begitu nyata, nyata dalam pikiranku, nyata dalam setiap langkah dan jalanku, dia nyata dan takkan pernah ada yang dapat menghapusnya dari pikiranku. Tidak dosen itu, tidak dunia ini, tidak hidup ini dan jelas bunyi alarm di kamarku ini pun takkan mampu menghapusnya dari pikiranku. Takkan pernah bisa.

            120 menit waktu berlalu dan,…

Pagi.
           






Pemuda Tertekan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fungsi Pengorganisasian dalam Manajemen | Makalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya koordinasi yang kuat dan komunikasi yang lancar antar karyawan dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan demi kemajuan suatu perusahaan. Untuk memenuhi hal tersebut dalam manajemen diperlukan suatu pengorganisasian yang sangat teratur. Kemajuan suatu perusahaan dapat tercapai jika terbentuk pengorganisasian yang teratur mengingat dengan pengorganisasian semua pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Artinya dengan pengorganisasian dapat menghemat waktu dan tenaga kita untuk bekerja sehingga kita dapat mengerjakan pekerjaan yang lebih penting karena pekerjaan yang lainnya dapat dilakukan oleh orang lain. Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang mengikuti perencanaan. Ini adalah fungsi dimana sinkronisasi dan kombinasi sumber daya manusia, fisik dan keuangan terjadi. Semua tigasumber daya penting untuk mendapatkan hasil. Oleh karena itu, fungsi organisasi membantudalam pencapaian hasil yang sebenarnya penting untuk fu...

Binatang Paling Munafik yang Pernah Diciptakan Tuhan

Seperti sedia kala, saat kita berjuang dengan segenap raga untuk hidup, untuk menyambung nyawa yang parah terluka oleh belati dunia fana. Disaat itulah kita sadar bahwa hidup adalah cobaan, dan cobaanlah yang menjadikan hidup seorang manusia berarti. Tapi sampai dimana cobaan itu datang dan memberikan perih ? apakah seluruh hidup manusia adalah tentang kesakitan, ketidakadilan hidup ? setiap keluhan yang ku tujukan dan kuumbar kepada malam hanya akan terbiar tak berjawab selain keheningan dan dingin yang familiar. Orang yang tak bisa berbuat banyak hanya bisa mengeluh dalam kesendirian dan deruh kerinduan akan kebahagian hanyalah sebuah mimpi yang hadir di masa lalu dengan pengulangan yang dramatis dalam pikiranku, pikiran seorang manusia yang buta dan tak tahu apa-apa tentang dunia, tentang hidup dan cinta. Kehidupan menjadi terlalu sederhana dalam hari-hari dewasa yang tak terlalu istimewa, uang dan segala yang memberikan nilai adalah segalanya dan tanpanya manusia hany...

Wewenang, Tanggung Jawab dan Pendelegasian Wewenang | Makalah

BAB 1 PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Masalah Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang sangat penting dan vital dalam organisasi manajemen / kantor. Atasan perlu melakukan pendelegasian wewenang dan koordinasi agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah kosekuensi logis dari semakin besarnya organisasi. Bila seorang atasan tidak mau mendelegasikan wewenang, maka sesungguhnya organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dirinya sendiri. Bila atasan menghadapi banyak pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh satu orang, maka ia perlu melakukan delegasi. Pendelegasian juga dilakukan agar manajer dapat mengembangkan bawahan sehingga lebih dapat memperkuat organisasi, terutama disaat terjadi perubahan susunan manajemen. Yang penting disadari adalah disaat kita mendelegasikan wewenang dan mengkoordinasikannya kita memberikan otoritas pada orang lain, namun kita sebenarnya t...