Semakin kesini, saya semakin sadar bahwa ada hal-hal yang tak lagi penting untuk dilihat dengan perhatian yang lebih. Cukup diketahui dan dibiarkan saja. Penerimaan yang kita lakukan terhadap hal-hal yang tak penting itu adalah sebuah tindakan yang sia-sia. Selain karena ia tak memberikan kontribusi positif apa-apa di dalam hidup kita, juga karena ia adalah ujaran-ujaran yang terkesan kekanak-kanakan. Pada hari ini, kedewasaan telah menjadi satu-satunya penilaian terhadap perilaku seseorang dan dengan pengertian bahwa tak semua kawan itu baik, maka ada orang-orang yang memang harus kita hindari. Lingkungan membentuk individu dan lingkungan yang kita bicarakan ini pun adalah lingkungan yang terdiri dari lebih dari satu individu, sehingga orang-orang yang kita biarkan masuk di dalam lingkaran kehidupan kita adalah orang-orang yang akan mempengaruhi cara berfikir kita dan bagaimana kita akan menjalani kehidupan kita dalam suatu bentuk kemasyarakatan. Maka adalah sebuah keharus...
Untuk bisa kembali melihat dunia dengan damai, harus ada pergolakan yang di perjuangkan. Beberapa orang melihat kebenaran sebagai sebuah akhir yang absolut. Tanpa punya celah untuk dipertanyakan lagi, kebenaran bagi mereka adalah apa yang mereka percayai. Subjektifikasi terhadap kebenaran yang objektif merupakan perlakuan yang salah. Tentang kehidupan yang kita jalani atas dasar perspektif adalah juga kesalahan yang kita biarkan. Kita membiarkan diri kita menerima sebuah preposisi yang tak teruji, sebuah kesimpulan yang di dapat hanya dari satu sudut pandang. Perspektif adalah kebenaran yang tak sempurna. A half truth is not a truth. Kebenaran yang hakiki adalah kebenaran yang tidak kita sebagai manusia percayai, melainkan sesuatu yang tak lagi bisa kita sangkal. Tak peduli apakah kebenaran itu menghancurkan landasan hidup kita, atau menistakan kepercayaan kita, ia akan tetap menjadi kebenaran yang absolut. Takkan tergoyahkan oleh apapun dan takkan hancur oleh setiap...