Perasaan
ini telah lama bertumbuh di dalam dada, telah lama mekar dan berbunga diatas
waktu dan berbagai pertemuan, sudah terlalu lama untuk tersimpan dan hanya
tinggal menunggu waktu untuk terungkap. Perasaan ini tidaklah lemah, tidaklah
dia naïf ataupun palsu. Perasaan ini suci dan masih bisa terus bertahan dalam
setiap badai yang datang merenggut malam. Perasaan ini dijaga oleh jiwa yang
setia, oleh pikiran yang dewasa dan oleh tubuh yang pantang menyerah. Perasaan
ini bagaikan cerita biografi yang menggambarkan perjalanan hidup dan sejarah
cintanya, bagaikan sebuah novel yang membawa realitas baru di dalam kenyataan
yang sesungguhnya, bagaikan sebuah film yang menayangkan kepedihan penantian,
tawa bahagia, air mata dan senyum pengharapan. Perasaan ini tak lain dari
sebuah ungkapan tentang cinta dan tanggungjawab, sebuah memoir yang tersimpan
manis, sebuah rahasia hati dan mimpi yang terlampau indah untuk dilewatkan.
Perasaan ini adalah hidupku dan semuanya, tak lebih dan tak kurang, hanya itu
saja.
Semakin jauh kita melangkah dalam
cerita yang tertulis dengan rumit ini, semakin jelas pula arti perasaan ini
sebenarnya. Bukan lah sekedar keindahan perasaan yang mungkin hanyalah ilusi,
bukan pula sebatas dia lahir dari keadaan dan lenyap oleh waktu yang dingin.
Perasaan ini tetap ada walaupun mungkin hanya itu satu-satunya hal yang dia
bisa. Perasaan ini memang tidak sempurna namun untuk sebuah pengorbanan,
ketidaksempurnaanya adalah kesempurnaan itu sendiri.
Kehidupan memang tak selalu sejalan
dengan perasaan ini dalam berbagai arah. Kemelut yang tercipta oleh keduannya
semakin sering melahirkan friksi yang menggoyahkan jiwa, bahkan untuk hati yang
sekuat baja ini pun takkan mampu bertahan selamanya dengan perasaan yang ada,
jika tak ada yang datang membantu dan memberikan tangan pertolongan dan
dukungan. Sekuat apapun kita menahannya, kenyataan dan mimpi adalah dua hal
yang tak dilahirkan untuk bersatu. Namun perasaan ini akan tetap ada, kan
tersimpan rapi dalam bilik kecil istimewa di dalam hati yang mungkin kan
terluka nanti. Oleh kenyataan dan kehidupan dan kepedihan dan kesakitan dan
semua yang gelap memberi pedih, untuk mengingatkan kita bahwa butuh perjuangan
untuk menjadi bahagia. Perasaan ini tabah diambang waktu dan akhir sejarah,
mencoba bertahan dalam siksaan sepi ketidakpedulian yang menyakitkan.
Mungkin memang butuh waktu untuk
mengerti bahwa perasaan ini bukanlah perasaan yang realistis, karna memang tak
ada satupun yang realistis dalam perasaan ini. Namun bukan berarti bahwa yang
realistis itu lalu hilang begitu saja tenggelam dalam irrasionalitas dari
perasaan ini. Tidak. Perasaan ini menyimpan nama yang kan terukir dalam
keabadian waktu dan jiwa, dan dia akan tetap disana apapun yang terjadi. Tapi
kemanusiaan tidaklah semata-mata dibangun oleh perasaan dan hati dan semua yang
irrasional itu, kehidupan memberi kita dua buah alat yang selalu kita gunakan
untuk menilai kehidupan dan segala isinya, selain perasaan yang irrasional juga
ada pemikiran yang rasional. Sebuah keseimbangan yang mereka sebut equilibrium kemanusiaan. Sudah ku
katakan bahwa perasaan ini tidaklah sesempurna yang kita bayangkan selama ini,
karna akan selalu ada element of twist di
dalamnya dan dalam cerita apapun yang kita tulis, selamanya takkan berakhir
seperti apa yang kita inginkan, karna kita tau bahwa ada sesuatu yang berkuasa
untuk itu.
Ada sebuah konsep pemikiran yang
berkata bahwa hidup adalah sesuatu yang tidak berarti sama sekali. Kenyataan
bahwa hidup manusia terlalu singkat dan dunia tempatnya hidup penuh dengan
keindahan yang memanjakan indera maupun perasaan adalah sesuatu yang terlalu
absurd. Untuk apa hidup jika akhirnya kita pasti mati suatu hari nanti,
seakan-akan kita dipermainkan oleh kehidupan dan kawan-kawannya. Ada yang
berkata, “ kita lahir seorang diri dan mati pun seorang diri, kehidupan
hanyalah ilusi. Seperti bermimpi, kita terbangun hanya untuk menyadari bahwa
kehidupan yang kita jalani tidaklah berarti ”. Pertanyaan tentang kehidupan
adalah memang pertanyaan yang terlontar tanpa ada satupun jawaban yang
memuaskan, maka tidak salah jika kita menyebutnya absurd, namun apalah artinya
semua absurditas itu jika dibandingkan dengan keindahan perasaan yang kita
rasakan sekarang, yang kita simpan saat ini dan kita utarakan dalam tulisan
ini. Kehidupan mungkin memang adalah ilusi yang tak berarti, tapi perasaan ini
juga bukanlah sebuah materi yang punya bentuk dan ada di dalam kehidupan yang
mungkin adalah ilusi ini, perasaan ini adalah bagian paling adil dari potongan
jiwa kemanusiaanku yang adalah juga bagian dari jiwa keilahian yang abadi, dan
oleh karena itu perasaan ini bukanlah ilusi dan bukan pula dia bagian dari
kehidupan kebendan yang terbatas. Perasaan ini adalah manifestasi yang tercetak
sempurna di dalam jiwa yang abadi dalam cinta.
Dan pada akhirnya, perasaan ini pun tertahan
oleh diri sendiri dan keadaan. Bagaikan Romeo yang mati sebelum Juliet dan Jack
yang tenggelam untuk Rose, perasaan ini pun tak jauh berbeda. Dia akan tetap
ada dalam keabadian, walau jiwa yang membawanya hilang dan mungkin takkan
kembali lagi.
Komentar
Posting Komentar