Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Ratusan Jalan : Tersenyumlah walau hidup terasa amat berat.

Ini akan menjadi satu dari sekian motivasi diri yang kuberikan kepada siapapun yang sudi membacanya... ada banyak masalah yang kita hadapi dan sebagian besar yang paling menyakitkan mungkin adalah perihal rasa sakit hati dari ketidak-respect-an orang lain terhadap setiap usaha dan pengorbanan yang kita lakukan. Tanpa tahu bahwa kebahagiaan sejati bukanlah kebahagiaan yang egois, ada beribu alasan untuk kita mulai mempertanyakan kembali setiap garis kemapanan yang telah ada saat ini. Terkadang memang harus kita akui bahwa pergi adalah satu-satunya cara untuk tak lagi bertemu dengan masalah dan segala isinya. Kepada mereka yang tak lagi mampu menahan beban, kepada mereka yang sudah terlalu lama ditindas dalam ketidakadilan... berkata 'lawan!' tidaklah semudah yang semestinya, ada rasa segan yang dalam, ada keraguan yang menahan. Tanpa mereka sadari bahwa telah sampai mereka pada pergolakan kehidupan yang paling dilematis, pilihan antara bertahan dalam kemerosotan eksistensi oleh...

UNSECURE CHOCOCHIPS : Dunia yang ingin kita lihat

hujan selalu bisa menjadi objek tulisan yang paling menyenangkan untuk diangkat, tentang aroma yang khas, tentang cerita dan kenangan yang kembali hidup,tentang sebuah lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu... hujan, haruskah kita bicarakan dia dengan bagian-bagian nya yang menarik dan oleh setiap tetesnya kita dipaksa untuk berlaku secara sentimentil dalam dimensi yang teramat lembut? pada terjemahan paling elegan yang bisa diberikan oleh pikiran kita, hujan adalah bentuk moment yang datang tanpa kemampuan untuk kembali - tak ada hujan yang bisa kembali jatu kelangit saat telah ia telah menyentuh kulit bumi. sama seperti penyesalan dan air mata. siulan angin diantara pepohonan terasa bagaikan pangilan peringatan akan datangnya hujan, sebuah panggilan rahasia tanpa makna yang kompleks, hanya pertanda, hanya suara. pun demikian kita pun merasa ada yang akan datang saat melihat langit yang berubah hitam dan kelabu awan pun menyapu biru langit seakan mempertegas d...

Moon on the Water : Seakan kita bisa hidup selamanya.

Tersenyum. Menangis dalam diam, bahagia, takut, kecewa, marah... kepada setiap emosi itulah kita mendefinisikan kembali kepribadian kita sebagai manusia, dan dalam berbagai pergolakan antar emosi kita lalu mampu melihat kembali respon yang kita buat dalam balutan tindakan manusiawi. Menangis adalah respon yang kita berikan akibat persentuhan antara kecewa dan sedih, tertawa adalah respon yang kita berikan akibat kontak antara bahagia dan lucu, dan dengan mekanisme ini kita menginterpretasikan semua realitas kemanusiaan yang kita temui. Sebuah mekanisme emosi yang inheren (melekat). Dengan bertaburnya jumlah posibilitas respon yang bisa kita berikan, terkadang ada banyak situasi yang kemudian memaksa kita untuk tenggelam di dalamnya, sebuah keterasingan yang nyata bahwa dalam beberapa waktu kita seakan tertahan dalam pembahasan mengenai kekecewaan yang mendalam. Terdiam dalam respon tanpa terkendali, bahkan hilang dalam kekecewaan itu sendiri. Sebuah ketidaksempurnaan yang manusiawi. ...

Dead End Freedom : Kebebasan yang sesungguhnya.

Berat hati saat harus meratapi kenyataan bahwa tak semua yang kita inginkan bisa jadi sebuah kenyataan. Seperti keringat yang berlinang diantara gersangnya gurun tanpa setetes air, keberadaanya adalah penghinaah pada penderitaan. Memanggil bulan untuk kembali pada kawanan serigala bahkan jika gelap malam menutupi harapan dalam cahayanya, jangan pernah percaya bahwa kita tak bisa berbuat apa-apa. Kebisingan yang tak berujung kini hadir mengisi perpustakaan indra yang semakin lama justru semakin menenangkan, entahlah... terkadang kita terjebak dalam dualisme yang kontradiktif namun berujung pada kedamaian yang aneh namun menenangkan, merasa sepi dalam keramaian, senang dalam kesedihan, tenang dalam kemarahan, bimbang dalam kepastian, terang dalam kegelapan dan bahkan mati dalam kehidupan... hidup manusia kini tak lagi bicara tentang sebuah gagasan mengenai keseimbangan (equilibrium). Keterasingan yang dirasakan oleh mereka yang paham dialektika historical gagasan Marx dalam hubungannya ...

Kids Dilema : menjawab pertanyaan paling monumental dalam sejarah kemanusiaan

Realitas kehidupan pada kenyataanya lebih butuh sebuah sentuhan yang lebih nyata oleh kekecewaan, penolakan dan kegagalan. Dengan itu, setiap pribadi yang lahir dalam ruang dan waktu ini akan merasa bahwa ada sesuatu yang lebih nyata untuk diwujudkan, sesuatu yang menjadi motivasi pada kehidupannya dan yang kan menegaskan pribadinya menjadi lebih eksis dari sebelumnya. Hanya dalam pergolakan untuk kebahagiaan, manusia dapat kita katakan hidup. Sebuah alasan yang dicari dan diciptakan. Bukan berarti bahwa kebahagiaan dan kenikmatan instan yang kita peroleh lalu mengkaburkan makna kehidupan yang sesungguhnya, bukan juga bahwa cinta dan harta yang telah kita peroleh adalah penghambat yang mengekang eksistensi kita sebagai manusia, namun harus juga dipahami bahwa ada subyektifitas dalam diri setiap manusia, sebuah relativitas dalam alam semesta mikro yang ada pada diri masing-masing kita, yaitu jika kebenaran hanya berlaku untuk manusia dan kepribadiannya, maka takkan ada kebenaran yang l...

Inside Contact : bermain-main dalam pusaran kausalitas yang rapuh

Ultimatum telah diturunkan kepadamu perihal problematika kehidupan yang tengah engkau hadapi. Sebuah ancaman akan keabsolutan takdir yang mengekang, bahwa harus engkau hadapi kenyataan bahwa tak ada tuhan diatas sana. Perlukah lagi hakim bagi kejahatanmu pada kemanusiaan? Perlukah juga saksi bagi pembelaanmu yang tak berdasar? Bahwa telah kau lemparkan hakmu untuk hidup dan menentukan pilihan kepada yang transcendent, yang tak punya kontribusi apa-apa terhadap pilihan yang kau ambil sebagai manusia. Kejahatanmu adalah sesuatu yang kau sebut iman. Padam juga api semantic yang coba kau gunakan dalam penafsiran soal korespondensi ketuhanan di dunia manusia, terlebih pada zona intra personal yang lebih intim dari gubahan-gubahan seniman sosiologi, anthropology maupun theology tentang manusia dan masyarakat. Dalam aksara yang dikenal oleh semua umat beragama itulah mereka mencari kebenaran yang absolute dan sekaligus naif. Seperti angin yang bertiup dari banyak arah, seperti itu pula kebe...

The Grand Time : dari jingga fajar menjadi biru

Banyak-banyaklah menatap angkasa dan saksikan bagaimana dia berubah dari jingga fajar menjadi biru lalu putih kemudian kelabu dan menangis menjadi hujan. Langit merupakan analogi paling monumental tentang kehidupan dan untuk manusia, dia adalah sahabat yang paling menyenangkan. Terbit kita cemerlang memancarkan semangat kehidupan dikala muda, hangat dan begitu indah. Engkau dan kita pernah jadi sehangat itu dulu, tertawa dan lepas tanpa beban, berlari mengejar layang-layang dan tersenyum pada pematang sawah dan sentuhan lembut sungai-sungai dengan jembatanya yang menjulang. Hidup kita waktu itu merupakan pagi yang hangat. Ketika tiba pada satu titik dimana waktu berjalan searah dengan harapan, tunduk kita pada kelemahan manusiawi yang membelenggu, bahwa takdir hanyalah mimpi yang pasti jadi kenyataan. Seperti itulah hidup yang sesungguhnya. .A.

The Visitors Explained : hiduplah untuk hari ini saja.

Hiduplah sebebas yang kalian bisa, jangan berhenti walau dihadang oleh untaian pedang. Kebebasan yang suci itu haruslah jadi milik kita seutuhnya tanpa batasan dan pengalihan. Berteriaklah pada langit dan bintang, hiduplah untuk hari ini saja. Jangan merasa bahwa kesalahan adalah tanda untuk berhenti. Kemanapun pergi dan hilang setiap titian dan jatuh kita dalam belaian takdir, percayalah pada pilihan yang kita ambil dan pada kebulatan tekad itu... cintailah semua kesia-siaannya. Tanpa senyum yang mekar kita takkan bertahan dari hempasan badai kehidupan, bergelantungan dari atas pepohonan ruang dan waktu untuk hidup dalam ketakutan sepanjang masa. Tertawalah tanpa batas. Dan hilangkanlah rasa segan yang mengurung kemanusiaan kita, tumpahkan saja diri kita apa adanya.. tanpa penyesalan dan air mata. Hidup kita pasti akan bahagia. A

Kunci Duplikat : demi sepucuk kedamaian di dalam kesendirian

Ada banyak cerita yang bisa kita mintai pertanggungjawaban oleh malam. Cerita tentang para pemungut sampah, para supir mikrolet, para tukang parkir atau bahkan para preman yang masih bebas bertukar intimidasi antar sesama manusia. Ada sudut gelap yang baru saja dibunuh cahayanya, ada semak hitam yang pernah hijau diterpa cahaya, ada kedipan lampu-lampu dari belakang banyak kendaraan yang masih melaju.. malam, adalah sebuah perenungan yang penuh kemisteriusan. Tak ada lagi kunang-kunang yang terbang membentuk garis abstrak tak bertinta, tak ada lagi panggilan misterius dari sang burung hantu, tak ada lagi bunyi sentuhan dahan pepohonan dikala angin menyentuh dan langit yang gelap menertawakan... malam di kota metropolitan adalah malam penuh kepalsuan. Jejak langkah ku tinggalkan dibelakang jalan dengan terowongan dedaunan. Aku pulang, menembus belantara malam demi sepucuk kedamaian di dalam kesendirian... berharap suatu saat nanti ada engkau yang kan setia menanti. A

Kapan ? : Jangan menangis !

Stigma kelaki-lakian bahwa menangis adalah tabu bagiku seakan menghempaskan kepala yang ingin bersandar dipundak kenyataan ini. Berkata kepada orang lain dan membagi untaian derita dengan cerita, seakan lagi dibatasi oleh pamflet besar bertuliskan "LAKI-LAKI", dan seperti apa lagi harus kuputar balik setiap kata dalam kalimat-kalimat bahasa indonesia ini, untuk bisa dapat dimengerti bahwa hidup bagiku bukan lagi satu keindahan melainkan ujian tanpa jawaban. Jika dia masih ada maka akan tercurah lagi air matanya saat melihatku dan apa yang telah kulihat dan kulalui dalam hidup ini. Dia akan menangis saat melihatku berkutat dengan ketidakadilan dunia yang pernah dia rasakan, seperti berkaca pada masa lalunya bahwa ada lebih dari banyak kata-kata pedih untuknya menggambarkan kehidupanya dan aku saat ini. Jaket lusuh yang pernah kulihat dipakainya berkendara dalam bualan orang-orang di dalam kota, kini terpampang lagi satu kenyataan bahwa perjuangannya untuk hidup dan menghidup...

Udara : melihat pelangi bersamamu

Dan masihkah engkau ada untukku? Namun waktu masihlah muda, bersama dengan raga kita yang belumlah lama bersenandung diatas dunia. Harus seperti apa lagi kita meyakinkan langit dengan ribuan sajak sajak cinta-aku... untuk kamu saja. Orang lain boleh menjadi penonton dalam drama tanpa tajuk ini, merenungkan nasib kita seakan akan tiba saat bagi kita untuk diadu dengan takdir dan kenyataan. Tukang sepatu pun hanya bisa membuat jahitan dari atas kebawah dan menggulung benang yang lepas dari lubang jarum... aku, tak peduli. Rumah kita akan kubuat rindang dengan kebun yang menjaga akar-akar pepohonan buah. Kan sama seperti kemilau pantulan senja dari atas dedaunan hijau, kau kan buatkan aku secangkir teh hangat dan dengan habisnya tetesan gerimis setelah hujan, kan kau buka tabir dari balik awan kelabu yang tersambung oleh jembatan maya penuh warna... aku ingin melihat pelangi bersamamu. Harus seperti itu aku hidup bersamamu.... nanti. A

Hari Kelahiran Yang Gugur

Biarkan saja malam berganti tanpa keheningan, menggema bagai teriakan badai bersenandung merdu nyanyian kesedihan. Biarkan Tuhan menghakimi segala prasangka yang diucapkan oleh hati yang tak percaya, menghakimi tersangka tanpa pernah berkata kembali kepada waktu bahwa ada saat dimana bumi harus berhenti berputar. Kapankah hari ini kan berakhir ? Jika setiap waktunya yang kita buang harus kembali seperti sedia kala, saat semua tak berarti apa-apa. Ini Malamku yang terang benderang oleh cahaya mentari yang terlambat pulang, bertemaram kilau bintang menertawakanku dari atas sana, harus seperti apa lagi bisa hujan turun tanpa ragu? Jika awan kelabu tak lagi mempercayaiku? Biarkan sajalah.....

Seperti Merpati yang Menari Bersama Badai

Adalah sebuah kebebasan saat kita bicara perihal cinta kepada jiwa yang kita kenal. Badai di atas langit yang kita lihat bersama adalah manifestasi dari semua yang kita rasa, melayang perlahan dalam gelap malam yang diganggu oleh petikan cahaya buatan manusia. Seperti ternoda oleh kotor yang bercahaya. Cinta seperti apa yang akan kita perbincangkan malam ini? Adakah bijak jika kita harus bicara tentang cinta yang kita lihat dari orang lain? Ataukah kilatan cahaya di atas langit kota ini sepadan dengan deburan gelombang perasaan yang kita rasakan di dalam dada? Bahwa cinta adalah badai dan dia berbahaya. Siapakah aku dan kamu dalam pembicaraan ini? Menerka dengan penuh tanda Tanya kepada entah apa. Jika mungkin, dirimu dapat dipersamakan dengan luasnya langit dan lembutnya angin, terdiam dalam keparipurnaan hidup sang manusia, bersua dengan pelukan keabadian surga... engkau dan aku yang bagaikan merpati dengan sayap yang luka. Sambutlah wahai langit indah itu, dalam belaian badai yan...