anyway, lanjutan sejarah pemuda tertekan akan segera dilanjutkan, dalam 5,4,3,2,1,0, ok, ........ok, baiklah ini dia, enjoy.
setelah berhenti atau keluar dari sekolah (SD) keduaku, otomatis aku pun menjadi pengangguran, tidak punya pekerjaan, tak punya jajan, tak punya pacar.*tragis. selama sekian minggu atau mungkin berbulan-bulan aku terlunta-lunta di sebuah keluarga , menunggu kedua orang tuaku yang pergi merantau entah kemana, saat semua harapan kian memudar hal itupun terjadi. apa ?, aku akan pergi jauh dari kota ini,pergi menyusul kedua orang tuaku menuju negri antah berantah yang tak tahu ada di mana.bersama sanak keluargaku, akupun pergi bersama adikku, adikku yang masih kecil, yang masih harus ditemani kalau ke wc, yang masih mengis kalau di ejek, dan sebagainya.
berjam-jam menempuh perjalanan panjang yang melelahkan namun memberikan pengalaman yang berkesan dan tak terlupakan, akhirnya aku pun sampai, dimana ? di suatu pulau asing yang mungkin butuh 26 menit untuk mencarinya di peta indonesia. hal pertama yang kuingat setelah sampai, adalah becek, motor RX king, suara bising, dan lapar. dimana aku sebenarnya ?, aku berasal dari provinsi sulawesi utara, dan sekarang aku ada di pulau kecil bernama "obi" di provinsi maluku utara *wow, lalu apa yang dilakukan ayah dan ibuku disini ?, well, mereka mencari pasir, pasir yang sangat berkilau dan mahal, pasir yang didamkan kaum wanita, ya, pasir emas, emas, bukan emas bakso, atau emas pangsit, bukan tapi emas tukang sayur,--" (abaikan).
mungkin sekitar satu tahun lamanya aku dan adikku yang cengeng itu menjadi anak pulau, dan selama itupula aku bertemu dengan berbagai macam orang, beberapa teman, bahkan sahabat, berjuta pengalaman , dan sekian kenangan ku kumpulkan di pulau itu, aku bahkan sudah lupa tentang sekolah waktu itu, lupa tentang kenangan buruk sebelum ini, bahkan lupa dengan seragam sekolah yang kutinggalkan. hanya saja ayahku tak pernah lupa tentang sekolahku, bersamaan dengan datangnya salah satu sanak saudaraku, akupun pergi bersamanya, meninggalkan kedua orang tuaku bersama adikku yang masih kecil, aku pergi untuk menunaikan kewajibanku, aku pergi untuk menyelesaikan pendidikanku, aku pergi dengan air mata ibuku sebagai salam perpisahannya, dengan air mataku untuk membalas salamnya, aku pergi, bersamaan dengan tangisan ibuku.
entahlah apa yang terjadi dengan kehidupan masa kecilku ini, disaat anak yang lain sedang berbahagia bersama keluarganya, bersama teman-teman sekolahnya, aku malah harus berjibaku dengan keadaan yang jujur saja , sangat membuatku tertekan. tapi sudahlah, -bersambung-
salam damai.
Komentar
Posting Komentar