Bab 1 Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Singapura nama resminya Republik Singapura, adalah
sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mil) di
utara khatulistiwadi Asia Tenggara.
Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat
keuangan terdepan keempat di dunia dan
sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam
perdagangan dan keuangan internasional.Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.
Singapura memiliki sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam
berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, danKaukasoid. 42% penduduk Singapura adalah orang
asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari
sektor jasa. Negara ini adalah yang terpadat kedua di dunia setelah Monako. A.T. Kearney menyebut Singapura sebagai negara
paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006. Sebelum merdeka tahun
1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur
pada saat itu. Setelah
merdeka, investasi asing langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasi berdasarkan rencana bekas Deputi
Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi Singapura saat ini.
Economist Intelligence Unit dalam "Indeks Kualitas Hidup" menempatkan Singapura pada peringkat
satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Singapura
memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Negara
ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju. Setelah PDB-nya berkurang
-6.8% pada kuartal ke-4 tahun 2009, Singapura
mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB
17.9% pada pertengahan pertama 2010.
Kemudian, tentang kebijakan perekonomian dan pembangunan singapura
adalah pokok pembicaraan dalam makalah ini dimana penjabarannya sangat
berkaitan dengan kegiatan perekonomian di kawasan asia pasifik kemudian
hubungannya dengan Indonesia dari segi ekonomi.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagamanakah
gambaran umum tentang negara Singapura ?
2.
Seperti
apakah liberalisasi system perekonomian di Singapura ?
3.
Bagaimanakah
budaya politik dan politik pembangunan di Singapura ?
4.
Bagaimanakah
konsep perencanaan pembangunan di Singapura ?
5.
Seperti
apakah hubungan Singapura dengan ASEAN dan Indonesia ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
memberikan gambaran umum tentang Negara Singapura.
2.
Untuk
memaparkan tentang liberalisasi system perekonomian di Singapura.
3.
Untuk
memaparkan tentang budaya politik dan politik pembangunan di Singapura.
4.
Untuk
memaparkan tentang konsep perencanaan pembangunan di Singapura.
5.
Untuk
menjelaskan hubungan Singapura dengan ASEAN dan Indonesia.
Bab 2. Pembahasan
A. Gambaran umum
Singapura
1.
Letak geografis.
Singapura terdiri dari 63 pulau, termasuk daratan Singapura. Pulau
utama sering disebut Pulau Singapura tetapi secara resmi disebut Pulau Ujong (Melayu: berarti pulau di ujung daratan (semenanjung)). Terdapat dua jembatan buatan menuju Johor, Malaysia: Johor–Singapore Causeway di utara, dan Tuas Second Link di barat. Pulau Jurong, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Pulau Sentosa adalah yang terbesar dari beberapa
pulau kecil di Singapura. Titik alami tertinggi adalah Bukit Timah Hill dengan tinggi 166 m (545 kaki).
Singapura memiliki banyak proyek reklamasi tanah dengan tanah diperoleh dari bukit, dasar laut, dan negara
tetangga. Hasilnya, daratan Singapura meluas dari 581,5 km2 (224.5 mil²) pada 1960-an menjadi 704 km2(271.8 mil²) pada hari ini, dan akan meluas lagi
hingga 100 km2 (38.6 mil²) pada 2030. Proyek ini
kadang mengharuskan beberapa pulau kecil digabungkan melalui reklamasi tanah
untuk membentuk pulau-pulau besar dan berguna, contohnya Pulau Jurong.
2.
Demografi
Jumlah penduduk Singapura memiliki persentase warga asing tertinggi
keenam di dunia. Sekitar 42% penduduk Singapura adalah warga asing dan mereka
membentuk 50% sektor jasa di negara itu. Kebanyakan berasal dari
Cina, Malaysia,
Filipina, Amerika Utara, TImur Tengah, Eropa, Australia, Bangladesh dan India.
Negara ini merupakan yang terpadat kedua di dunia setelah Monako. Menurut
statistik pemerintah, jumlah penduduk Singapura pada 2009 sebanyak
4,99 juta jiwa, 3,73 juta jiwa di antaranya merupakan warga negara dan penduduk tetap Singapura
3.
Sejarah Singapura.
Singapura memainkan peranan yang kecil di dalam
perkembangan sejarah Asia Tenggara sampai Sir Stamford Raffles mendirikan sebuah pelabuhan Inggris di situ. Di bawah pemerintahan kolonial Inggris, Singapura telah menjadi
pelabuhan yang amat strategis mengingat letaknya yang ada di tengah-tengah
jalur perdagangan di antara India dan Cina yang akhirnya menjadi antara pelabuhan
yang terpenting di dunia sampai hari ini. Semasa Perang Dunia II, Singapura
telah diduduki oleh tentara Jepang dari tahun 1942 hingga tahun 1945.
Selepas
perang, penduduk setempat dibenarkan menjalankan pemerintahan sendiri tetapi
masih belum mencapai kemerdekaan. Seterusnya pada tahun 1963 Singapura telah bergabung denganTanah Melayu bersama-sama dengan Sabah dan Sarawak untuk membentuk Malaysia.
Tetapi Singapura dikeluarkan dari Malaysia dan menjadi sebuah republik pada 9 Agustus 1965.
Pada 16 September 1963, Inggris setuju untuk menyerahkan Singapura, Sabah, dan Sarawak untuk bergabung dengan PersekutuanTanah Melayu supaya Federasi Malaysia dapat dibentuk. Selepas menyertai
Malaysia, partai politik utama Singapura yaitu People's Action Party memenangi Pemilu Singapura. Tindakan PAP yang sering menyuarakan ketidakpuasan
mengenai keistimewaan kaum Bumiputera.
Banyak anggota United Malays
National Organisation mendesak Pemerintah Federasi supaya
menangkap Lee Kuan Yew.
Jadi pada 7 Agustus 1965, Tunku Abdul Rahman Putra membuang Singapura dari Malaysia.
Banyak rakyat Malaysia mengganggap tindakan Tunku Abdul Rahman ini sebagai satu
kerugian karena menurut mereka banyak lagi cara lain untuk menjaga keamanan
Singapura.
Pada masa
inilah terjadi konfrontasi Indonesia-Malaysia. 3 marinir Indonesia, yakni Harun Thohir, Usman Janatin,
dan Gani bin Arup meledakkan MacDonnald House di Singapura pada tahun 1965. Mereka
melarikan diri, namun 2 orang di antara mereka, yakni Harun dan Usman dapat
ditangkap dan 3 tahun kemudian dihukum gantung meskipun Indonesia sudah
memintakan pengampunan, sebab pada tahun 1968 itu Presiden Soekarno sudah jatuh dan digantikan Soeharto yang pada saat itu didukung Negara Barat yang tidak perlu dikhawatirkan Lee
Kuan Yew.
Selepas keluarnya
dari Malaysia, Singapura mulai muncul sebagai kuasa perdagangan dunia. Banyak
fasilitas dan kemajuan dicapai semasa pemerintahan Lee Kuan Yew. Pada
tahun 1990, Lee Kuan Yew mundur dari politik dan
memberi kuasa pemerintahan kepada Goh Chok Tong.
Pada tahun 2004 pula, Goh Chok Tong meletakkan jabatan
sebagai Perdana Menteri dan memberi jalur kepada anak Lee Kuan
Yew yaitu Lee Hsien Loong untuk memerintah.
4.
Pemerintahan.
Singapura
adalah sebuah republik
parlementer dengan sistem pemerintahan parlementer unikameral Westminster yang mewakili berbagai konstituensi. Konstitusi Singapura menetapkan demokrasi perwakilan sebagai sistem politik negara ini.
Partai Aksi Rakyat (PAP) mendominasi proses politik dan
telah memenangkan kekuasaan atas Parlemen di setiap pemilihan sejak menjadi pemerintahan
sendiri tahun 1959. Freedom House menyebut
Singapura sebagai "sebagian bebas" dalam "laporan Freedom
in the World" dan The Economist menempatkan Singapura pada tingkat
"rezim hibrida", ketiga dari empat peringkat dalam "Indeks Demokrasi".
Tampuk kekuasaan eksekutif dipegang oleh kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri. Presiden Singapura, secara historis merupakan jabatan
seremonial, diberikan hak veto tahun 1991 untuk beberapa keputusan kunci
seperti pemakaian cadangan nasional dan penunjukan jabatan yudisial. Meski
jabatan ini dipilih melalui pemilu rakyat, hanya pemilu 1993 yang pernah
diselenggarakan sampai saat ini. Cabang legislatif pemerintah dipegang oleh
parlemen. Pemilihan parlemen di Singapura, dasar pluralitas untuk konstituensi perwakilan kelompok sejak undang-undang pemilihan parlemen diubah tahun 1991. Anggota parlemen
(MP) terdiri dari anggota terpilih, non-konstituensi dan dicalonkan. Mayoritas
MP terpilih melalui pemilihan umum dengan sistem pertama-melewati-pos dan
mewakili Anggota Tunggal atau Konsituensi Perwakilan Kelompok (GRC).
Singapura beberapa kali masuk sebagai salah satu negara dengan tingkat
korupsi terendah di dunia oleh transparency
international.
Meski hukum di Singapura diwariskan dari hukum Inggris dan india britania, dan meliputi banyak elemen hukum umum inggris, dalam beberapa
kasus hukum ini keluar dari warisan tersebut sejak kemerdekaan. Contohnya
adalah pengadilan oleh juri dihapuskan.
Singapura memiliki hukum dan penalti yang meliputi hukuman corporal yudisial dalam bentuk pencambukan untuk pelanggaran seperti pemerkosaan,
kekerasan, kerusuhan, penggunaan obat-obatan terlarang, vandalisme properti,
dan sejumlah pelanggaran imigrasi. Singapura juga memiliki hukuman mati wajib untuk pembunuhan tingkat pertama,
penyelundupan obat-obatan terlarang, dan pelanggaran senjata api. Amnesty International mengatakan bahwa "serangkaian
klausa dalam Undang-Undang Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang dan Undang-Undang
Pelanggaran Senjata Api berisi dugaan bersalah yang bertentangan dengan hak
dianggap tidak bersalah hingga terbukti bersalah dan mengikis hak pengadilan
yang adil", dan memperkirakan bahwa Singapura memiliki "kemungkinan
tingkat eksekusi tertinggi di dunia bila dibandingkan dengan jumlah
penduduknya". Pemerintah
menyatakan bahwa Singapura memiliki hak
berdaulat untuk menentukan system yudisialnya dan memaksakan sesuatu yang dianggap
sebagai hukuman yang pantas. Pemerintah memiliki sengketa dalam beberapa
poin laporan Amnesty. Mereka berkata bahwa dalam lima tahun sampai 2004, 101
warga Singapura dan 37 warga asing telah dieksekusi, semuanya kecuali 28 orang
disebabkan oleh pelanggaran obat-obatan terlarang. Amnesty menyebutkan 408 eksekusi
antara 1991 dan 2003 dari pemerintah dan sumber lain dari jumlah penduduk
sebanyak empat juta jiwa.
Sebuah survei oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC)
mengenai eksekutif bisnis ekspatriat bulan September 2008 menemukan bahwa
orang-orang yang disurvei menganggap Hong Kong dan Singapura memiliki sistem
yudisial terbaik di Asia, dengan Indonesia dan Vietnam yang terburuk: sistem yudisial Hong
Kong diberi skor 1.45 dalam skala (0 untuk terbaik dan 10 untuk terburuk);
Singapura dengan skor 1.92, diikuti Jepang (3.50), Korea Selatan (4.62), Taiwan (4.93), Filipina (6.10), Malaysia (6.47), India (6.50), Thailand (7.00), China (7.25), Vietnam (8.10)
dan Indonesia (8.26). PERC memberi komentar bahwa karena survei ini melibatkan
eksekutif bisnis ekspatriat daripada aktivis politik, kriteria seperti kontrak
dan perlindungan IPR lebih ditekankan: "persepsi umum ekspatriat adalah bahwa
politik setempat tidak memenuhi cara hukum perdagangan dan kriminal
dilaksanakan". PERC mencatat bahwa nilai teratas Singapura dalam survei
tersebut tidak termasuk aktivis politik yang mengkritik Partai Aksi Rakyat
(PAP) karena menggunakan pengadilan untuk membungkam kritikus.
Pada November 2010, sebuah pengadilan Singapura memberi hukuman penjara
enam minggu kepada penulis Britania, Alan Sheldrake atas penghinaan terhadap
pengadilan dalam bukunya, "Once A Jolly Hangman: Singapore Justice In
The Dock", berdasarkan wawancara dengan bekas eksekutor pengadilan dan
kritik terhadap hukuman mati di negara ini.
B. Liberalisasi perekonomian di Singapura.
Alasan
Singapura melakukan liberalisasi ialah karena negara Singapura sejak awal
melakukan keterbukaan, rasa ketidak amanan adalah argumen penting yang membuat
pemerintah Singapura tetap ikut aktif berpartisipasi mengamankan kepentingan
ekonomi politiknya. Salah satunya disebabkan karena kondisi Singapura sebagai
negara kecil yang tidak mempunyai sumber daya alam. Dalam argumentasi Joseph
Nye, kekuatan yang diandalkan Singapura adalah kekuatan ekonomi sebagai Soft power. Ini dibuktikan pada kemampuan
Singapura tumbuh sebagai negara-kota yang mempunyai kemajuan ekonomi yang
tinggi, dan mampu untuk memperjuangkan kepentingannya diperundingan
multilateral. Soft
power ini
digunakan Singapura untuk menjaga keberlangsungan keamanan ekonomi politiknya.
Mengadopsi
pemikiran Christoper M. Dent, upaya pemerintah Singapura dalam melakukan
liberalisasi dan negosiasi multilateral adalah untuk menjaga supply security, market access security, Finance-credit
security, dan techno-industrian capability
security
Pertama adalah Supplay Security sebagai negara kecil yang tidak
mempunyai sumber daya alam, pasokan sumber daya sebagai sumber produksi
Singapura adalah dari negara lain. Kondisi ini membuat Singapura harus terus
menjaga hubungan dengan negara-negara yang terdekat yaitu dengan Asia Tenggara.
Maka Asia Tenggara merupakan kawasan yang penting bagi keamanan pasokannya. Lewat
AFTA, Singapura dapat mengupayakan hilangnya hambatan ekspor dari negara
tetangga seperti Malaysia dan Indonesia sebagai distributor sumberdaya utama
bagi Singapura. Selain itu terbuka kesempatan untuk menanamkan investasi industri
Singapura yang mengelola sumberdaya alam di negara tetangga. Isu pasokan air
dan minyak merupakan isu yang selalu mencuat dalam negosiasi Singapura dengan
negara tetangga. Upaya ekspansi jangkauan Singapura ke Batam dan Johor misalnya
lewat penanaman investasi adalah salah satu upaya untuk mengamankan pasokan
sumber daya itu. AFTA dan WTO mewajibkan lingkup investasi yang bebas. Pasokan
mencari kebutuhan dasar ini juga menggerakkan Singapura mencari sumber-sumber
yang lebih mudah untuk memasok sumber daya ke Singapura.
Kedua adalah
market access security, atau keamanan akses pasar. Dalam penjabaran
sebelumnya mengenai area kepentingan Singapura di kedua level yaitu multilateralisme
global dan regional, selalu dinyatakan bahwa kepentingan Singapura adalah
memperoleh kepastian akses pasar bagi industri domestiknya. Singapura sangat
bergantung kepada pedagang terutama ekspor manufaktur dan jasa, maka akses pasar
ini sangat penting. Kekhawatiran Singapura adalah jika negara-negara maju menutup
jalur masuk ekspor Singapura, maka akan berdampak resesi ekonomi dalam negeri.
Bagi Singapura ASEAN merupakan pasar baru bagi produksi industrinya. Alasannya
beberapa negara ASEAN mempunyai potensi ekonomi yang besar dan
akan menghasilkan tingkat konsumsi yang
besar. Upaya untuk memperoleh keamanan akses pasar diupayakan pemerintah Singapura
tidak hanya dari negosiasi kepentingan Singapura dikerangka kerjasama global
dan regional. Singapura juga aktif mengadakan kerjasama bilateral dengan negara-negara
yang dianggap memberikan keuntungan besar. Singapura juga menjalin
Kerjasama perdagangan bebas bilateral
selain dengan Indonesia antara lain dengan New Zeland pada Agreement betwen New Zeland and
Singapore on a Closer
Economic Parthnership (ANZSCEP).
Ketiga
adalah Finance-credit
security ini
berhubungan dengan bagaimana Singapura manjaga keamanan finansialnya dalam
linglup eksternal. Sebagai negara kecil yang rawan akan goncangan keuangan,
Singapura mengandalkan cadangan devisa yang besar, serta sehatnya perekonomian
dalam negeri. Didalam perundingan multilateral, area kebebasan investasi
membuat Singapura merasa yakin dapat meningkatkan keamanan finansial dengan
mengadakan investasi besar-besaran di luar negeri. Dengan menyepakati TRIMs di
WTO dan AIA di ASEAN, menunjukkan besarnya kepentingan Singapura di sektor
investasi. Investasi tidak hanya investasi langsung tapi juga meliputi
investasi portopolio yang dapat meningkatkan cadangan
devisa.
Terakhir
keempat adalah techno-industrian
capability security,
ditujukan pada industri-industri Singapura sejak awal. Singapura ingin
memajukan industri yang bersifat teknologi tinggi dan pengetahuan
Knowledge-Based Economy (KBE) sebagai industri utama. Program regionalisasi GLC
(goverment linked corporation) adalah cara untuk mendapatkan akses teknologi.
Cara ini ditempuh melalui negosiasi multilateral atau bilateral dengan
negara-negara maju umumnya pada komoditas elektronik. Upaya pemerintah untuk
memajukan industri ini dilakukan dengan investasi GLC di negara-negara maju,
seperti yang dilakukan Singtel.
Ada tiga karakteristik dalam menerapkan
langkah-langkah kebijakan ekonomi
Singapura menurut Ralph Bryant:
● Pemerintah Singapura akan selalu meningkatkan lokasi
aktifitas financial Singapura, antara lain untuk mengupayakan Singapura menjadi
pusat finansial di kawasan.
● karakter kedua adalah adanya upaya untuk menjaga satu
perbedaan insentif dan hambatan antara urusan finansial domestik dan
internasional. Ini yang disebut dengan ‘pagar pemisah’. Pagar pemisah ini
melindungi beberapa aktifitas finansial domestik dari gangguan eksternal
terutama transaksi internasional yang penggeraknya dapat menggoyang ekonomi
Singapura. Pertimbangan awal dari diadakannya pagar pemisah ini adalah untuk
mengisolasi ekonomi domestik dengan ekonomi dunia. Pertimbangannya adalah sebagai
negara kecil yang sangat terbuka pada awalnya, yang mau tidak mau harus
berhati-hati dalam segala perencanaan dan pelaksanaan tindakan ekonomi. Namun
kerakter ini tidak dapat diartikan terlalu ketat
menurut Bryant karena tingkat pagar pemisah ini dapat
berubah-ubahseiring dengan waktu dan program liberalisasi.
● karakter ketiga adalah adanya keinginan untuk menjamin
ketahanan dan kematangan dari kegiatan finansial Singapura. Kebijakan dari Bank
Sentral dan institusi finansial lain dianggap sebagai cara untuk mencapai
tujuan ini. Motif makro nya adalah menstabilkan sistim finansial secara
keseluruhan, dan motif mikro nya adalah melindungi depositor dan investor
individualuntuk memainkan peranan dalam mendukung regulasi dan supervisi dari
Bank.
Dapat diketahui dari pemikiran diatas
bahwa ide politik awalnya Singapura adalah untuk menjadikan posisinya sebagai
pusat finansial. Penerapan pagar pemisah ini akan berpengaruh dalam penerapan
liberalisasi kebijakan-kebijakan ekonomi yang dilakukan Singapura. Penjelasannya
bermula dari adanya perdebatan pagar pemisah tersebut dengan karakter untuk
mempromosikan Singapura menjadi suatu pusat finansial. Terkadang pagar pemisah itu sangat terlalu protektif
sehingga menghambat keterbukaan dalam proses menuju keterbukaan. Pemerintah
Singapura juga dianggap terlalu berlebihan dalam menerapkan
pembatasan-pembatasan sehingga membatasi arus masuk institusi finansial asing.
C.
Budaya
politik dan politik pembangunan Singapura.
1. Budaya Politik
Budaya
politik di Singapura telah mengalami berbagai pengaruh dari luar terutama
pengaruh ketika dijajah oleh kolonial Inggris, sehingga perkembangan sistem
politik di Singapura lebih signifikan dan telah mengalami kemajuan daripada
Negara lain. Konstitusi Singapura berdasarkan sistem Westminster karana
Singapura merupakan bekas jajahan Inggris. Posisi presiden adalah simbolis dan
kekuasaan pemerintahan berada di tangan perdana menteri yang merupakan ketua
partai politik yang memiliki kedudukan mayoritas di parlemen. Urutan Presiden
Singapura adalah: Yusof bin Ishak, Benjamin Henry Sheares, C.V. Devan Nair, Wee
Kim Wee, Ong Teng Cheong, dan yang sekarang menjabat adalah S. R. Nathan. Arena
politik dikuasai oleh Partai Aksi Rakyat (PAP) yang telah memerintah sejak
Singapura merdeka. Pemerintah PAP sering dikatakan memperkenalkan undang-undang
yang tidak memberi kesempatan tumbuhnya penumbuhan partai-partai oposisi yang
efektif. Cara pemerintahan PAP dikatakan lebih cenderung kepada otoriter
daripada demokrasi yang sebenarnya. Namun, cara pemerintahan tersebut berhasil
menjadikan Singapura sebuah negara yang maju, bebas daripada korupsi dan
memiliki pasar ekonomi yang terbuka. Para ahli politik menganggap Singapura
sebuah negara yang berideologi „Demokrasi Sosialis„. Meskipun begitu Lee Kwan
Yew, pendiri dan perancang sistem politik negara Singapura juga telah mengembangkan
konsep yang menempatkan nilai budaya sebagai elemen penting dalam sebuah sistem
politik. Menurutnya politik berbasis multibudaya tidak akan pas bagi negara
dengan masyarakat yang multirasial seperti Singapura. Sebagai konsekuensinya,
di Singapura ditetapkan sebuah sistem yang oleh dunia Barat dianggap tidak
demokratis. Hal ini menunjukkan bahwa Singapura merupakan “anauthoritarian
Confucian anomaly among the wealthy countries of the world” (Huntington, 1991:
302). Hasil pemikiran para pakar umunya menyimpulkan bahwa budaya memberikan
pengaruh tertentu bagaimana demokrasi diadopsi oleh berbagai negara (lihat
Alagappa, 1996; Fukuyama, 1996; Lipset, 1996; Huntington, 1996: Inglehart,
2000). Berkembang pemikiran nilai budaya sebagai faktor determinan yang
menentukan suksesnya ekonomi negara-negara Asia Timur. Tetapi sejak terjadinya
krisis ekonomi, argumentasi mengenai keunggulan nilai budaya Asia (Asian
values) seakan menghilang. Amartya Sen (2001: 6) mengritik hipotesis Lee Kwan
Yew bahwa negara yang didominasi oleh budaya Confucianism mempunyai peluang
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, hanyalah berbasis pada perhitungan
empiris yang sporadik dari informasi yang terbatas dan sangat selektif.
Kenyataan memang menunjukan negara-negara di Asia dalam membangun sistem
demokrasinya lebih banyak mengedepankan gaya demokrasi ala barat seperti
Filipina, Korea,Thailand, Taiwan dan sekarang ini Indonesia. Walaupun demikian
nilai budaya masih dianggap sebagai variabel penting dalam pelaksanaan
demokrasi. Seperti dinyatakan oleh Inglehart (2000: 96) bahwa dalam jangka
panjang, demokrasi tidak hanya didasari pada perubahan institusi atau perilaku
elit politik, melainkan keberlangsungannya akan tergantung pada nilai dan
kepercayaan dari masyarakat awam di wilayahnya.
Dahl
(1997: 34) memperkuat gagasan bahwa konsolidasi demokrasi menuntut budaya
demokrasi yang kuat yang memberikan kematangan emosional dan dukungan yang
rasional untuk menerapkan prosedur-prosedur demokrasi. Ia melandaskan
penekanannya pada pentingnya budaya demokrasi pada asumsi bahwa semua sistem
politik termasuk sistem demokrasi, cepat atau lambat akan menghadapi krisis,
dan budaya demokrasi yang tertanam dengan kuatlah yang akan menolong
negara-negara demokrasi melewati krisis tersebut. Implikasinya proses
demokratisasi tanpa budaya demokrasi yang mengakar menjadi rentan dan bahkan
hancur ketika menghadapi krisis seperti kemerosotan ekonomi, konflik regional
atau konflik sosial, atau krisis politik yang disebabkan oleh korupsi atau
kepemimpinan yang terpecah. Sejalan dengan pemikiran Dahl, Huntington (ibid:
258) memfokuskan pada isu budaya demokrasi dalam hubungan antara kinerja dan
efektifitas pemerintah demokratis baru dan legitimasinya, sebagai bentuk
kepercayaan publik dan elit politik terhadap sistem nilai demokrasi. Budaya
demokratis harus berarti adanya pemahaman bahwa demokrasi bukanlah panacea.
Karena itu, konsolidasi demokrasi terjadi bila masyarakat menyadari bahwa
demokrasi merupakan solusi dari masalah tirani tetapi belum tentu untuk masalah
lain (ibid: 263). Huntington memperingatkan bahwa tahun-tahun pertama
berjalannya masa kekuasaan pemerintahan demokratis yang baru, umumnya akan ditandai
dengan bagi-bagi kekuasaan di antara koalisi yang menghasilkan transisi
demokrasi tersebut, penurunan efektifitas kepemimpinan dalam pemerintahan yang
baru sedangkan dalam pelaksanaan demokrasi itu sendiri belum akan mampu
menawarkan solusi mendasar terhadap berbagai permasalahan sosial dan ekonomi di
negara yang bersangkutan. Tantangan bagi konsolidasi demokrasi adalah bagaimana
menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan tidak justru hanyut oleh
permasalahan-permasalahan itu.
2. Politik pembangunan Singapura.
Singapura
tumbuh menjadi negara maju di kawasan yang sedang berkembang banyak mendapat
tantangan dari segi politik maupun ekonomi. Tantangan ini muncul dari tingkat
domestik dan tingkat eksternal. Pada tingkatan domestik banyak masalah politik
dan sosial yang harus dihadapi baik dari awal kemerdekaan hingga pada saat ini.
Sedangkan pada tingkat eksternal, kondisi ekonomi politik luar negeri
berpenaruh kedalam perekonomian negara Singapura. Hal ini dapat terlihat dari
beberapa fenomena resesi dalam proses pembangunan Singapura. Antara lain krisis
tahun 1973,1985, dan krisis Asia 1997. Pada tahun 1997 krisis keuangan di Asia
dipicu oleh kejatuhan nilai tukar mata uang Bath dan memberikan efek Domino
terhadap kejatuhan mata uang lainnya di Asia Tenggara seperti Indonesia,
Malaysia, Filiphina dan juga Singapura. Singapura adalah bagian dari jaringan
keuangan dan perdagangan di Asia Tenggara.
Perekonomian
Singapura saat ini tidak bisa terlepas dari bagaimana ia melakukan liberalisasi
dari sejak merdeka hingga saat ini. Karena hubungan ekonomi yang erat tersebut,
krisis sosial 1997 membuat pertumbuhan ekonomi Singapura sempat terhambat. Krisis pada tahun 1997 sebenarnya pernah dihadapi oleh
Singapura pada tahun 1985. Sehingga pada saat menghadapi krisis 1997 Singapura
sudah mempunyai persiapan tertentu seperti hutang luar negeri yang rendah,
tingkat tabungan yang tinggi, besarnya tingkat cadangan devisa, tingginya
aliran Foreign
direct Investment
(FDI), dan rendahnya tingkat inflasi. Kemampuan pemerintah untuk menjaga
lingkungan politik yang stabil menjadi salah satu faktor penahan dampak krisis.
Posisi PAP yang berkuasa sejak tahun 1995 hingga sekarang menunjukkan betapa
dominannya partai ini. PAP yang kuat dapat memberikan kondisi politik yang
stabil. Sehingga pemerintah Singapura dapat mengatur strategi untuk
menanggulangi guncangan ekonomi lebih mudah. Berjalan
atau tidaknya kebijakan ekonomi Singapura ditentukan oleh latar belakang
politik dalam negeri yang stabil. Untuk itu PAP berusaha mempertahankan kedudukan
dominannya di parlemen dan badan eksekutif sejak tahun 1965. Kemampuan politik
PAP ditunjukkan dengan
mengalahkan Barisan Sosialis (BS) tahun
1965, kemudian Worker’s Party (WP) pada pemilu-pemilu berikutnya.
Liberalisasi
kebijakan ekonomi adalah bagian dari strategi pembanguan Singapura. Pemerintah
menjalankan strategi pembangunan yang berorientasi internasional dan melakukan
keterbukaan ekonomi. Proses liberalisasi ditujukan pada tahapan-tahapan
perubahan orientasi kebijakan pembangunan. Misalnya pada tahap awal pembangunan
beberapa tahun setelah merdeka, pemerintah Singapura mengubah orientasi
kebijakan dari industri subtitusi impor ke industri ekspor (1963-1966).
Selanjutnya pembangunan ekonomi dikembangkan kearah pembangunan sector
manufaktur, teknologi dan jasa.
Singapura
dikenal sebagai negara yang sifatnya Very Open Re-Export Economy (VORE). Ini sebabnya liberalisasi
perdagangan telah dilakukan sejak awal untuk
kebutuhan-kebutuhan ekspor ulang.8 Pada
tahun 1967 Singapura sudah mulai mengurangi
kuota, digantikan dengan tarif untuk melindungi industri-industri baru dalam negeri. Walaupun tarif pada saat
ini dianggap sebagai tarif tertinggi Singapura dari seluruh tahap pembangunan, tetapi
tarif Singapura dianggap rendah pada saat itu. Kemudian jumlah quota mulai dikurangi pada tahun 1973, dan
jumlah tarif yang
diturunkan secara cepat. Sehubungan
dengan adanya ASEAN prefenrential Tarif Arrangement
(PTA)pada tahun 1978, Singapura semakin mempercepat proses liberalisasi perdagangan. Pada tahun
1994 hampir semua tarif berada dibawah 5%, kecuali untuk komoditas yang sangat
dibatasi yaitu kendaraan motor. Menjelang tahun
1998 hingga tahun 2000 hampir semua komoditi import tidak kenai tarif atau tarifnya nol.
Pemerintah
Singapura juga berupaya untuk meningkatkan layanan institusi finansialnya agar
berstandar internasional. 11
Misalnya 1971, Bank Sentral Singapura
atau Monetary Authority of Singapore (MAS) melonggarkan batasan-batasan
terhadap ijin masuk bank-bank asing ke Singapura. Kemudian pada tahun 1978, MAS
meliberalisasikan penukaran dollar Singapura (S$) terhadap mata uang lainnya.
Dengan demikian baik warga Singapura maupun warga asing barhak membawa dana
dalam bentuk dollar singapura ke luar maupun ke dalam. Walaupun transaksi masih
dalam jumlah yang ditentukan oleh Bank sentral. Sejak kebijakan tersebut mata
uang Singapura menjadi Hard Currency. Pelaku
pelaku pasar dapat membeli atau menjual dollar Singapura di pasar devisa
(foreign exchange).
Bagaimanapun
liberalisasi ekonomi juga dapat merusak stabilitas domestic lewat pergerakan
modal yang cepat. Menyadari hal ini pemerintah singapura menyiapkan langkah
yang lebih hati-hati dalam melakukan liberalisasi. Untuk program liberalisasi
finansial, pemerintah Singapura selalu mengadakan batasanbatasan tertentu
terhadap pergerakan modalnya agar tidak mengganggu ekonomi domestik. Salah satu
contoh pembatasan ini adalah prinsip Non-Internasionalisasi dollar singapura.
Prinsip ini bertujuan untuk mencegah
dampak fluktuasi dari nilai tukar mata uangnya terhadap kestabilan ekonomi.
Prinsip tersebut juga digunakan bank sentral untuk memonitor keluar masuknya
dollar Singapura. Alasan utamanya adalah jika cadangan devisa lari dari
Singapura dalam jumlah besar bisa mengakibatkan resesi ekonomi.
Lingkungan
eksternal yaitu lingkungan internasional dan kawasan Asia Tenggara merupakan
penunjang proses pembangunan dan perjalanan liberalisasi Singapura menjadi
negara maju. Kawasan Asia Tenggara menjadi tempat untuk memajukan perekonomian
domestik. Dapat dikatakan kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang
potensial bagi kemajuan industrial lokal Singapura. Menyadari ini pemerintah
mengadakan program regionalisasi tahun 1990-an awal bagi industri-industrinya.
Kebutuhan
industri ini memotivasi Singapura untuk secara aktif ikut terlibat dalam
kerjasama-kerjasama multilateral regional. Begitu pula dalam kerjasama
liberalisasi ekonomi global seperti General Agreement on tarif and trade ( GATT ). Sebagai negara yang
mengutamakan perdagangan bebas, Singapura mempunyai kepentingan-kepentingan
sektoral yang perlu dicapai dalam kerjasama global untuk liberalisasi.
Kerjasama liberalisasi global ini salah satunya dapat menjamin akses pasar bagi
industri Singapura ke negara-negara maju. Proses liberalisasi kebijakan-kebijakan
Singapura tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan dan periodesasi
pembangunannya. Sejak tahun 1959 Singapura memperoleh kemampuan politik dari
pemerintah inggris untuk memerintah sendiri. Pada saat ini People Action Party (PAP) memenangkan kekuasaan politik
untuk menentukan strategi apa yang harus dijalankan pada wilayah Singapura.
Pada awalnya ini sudah mempunyai sejarah menjadi pelabuhan perdagangan. Kondisi
sosial saat ini meliputi kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, perumahan
yang
tidak layak huni, rendahnya fasilitas
kesehatan, dan tingginya tingkat pengangguran. Kegiatan
ekonomi saat ini meliputi perbankan, pengapalan regional, pemuatan transportasi dan beberapa kegiatan industri pengolahan
menengah. Melihat kondisi sosial yang buruk ini PAP tidak mempunyai pilihan
lain selain melihat industrialisasi sebagai jalan untuk meningkatkan pekerjaan.
Singapura
secara resmi bergabung dengan federasi malaysia tahun 1963. Lee Kuan Yew dari
PAP melihat pilihan untuk bergabung dengan federasi Malaysia adalah sebuah
pilihan agar Singapura dapat mengembangkan pasar melalui penyatuan ekonomi dan
politik. Cara ini selain dapat memberikan keamanan politik dikawasan juga
memberikan dukungan secara ekonomi bagi Singapura.
D. Perencanaan
pembangunan Singapura.
Perencanaan
pembangunan Singapura diawali dengan dibentuknya Economic Development Board (EDB) tahun 1961. Badan ini bertugas untuk mengatur
peningkatan industri, misalnya dengan memberikan pinjaman dan kemudahan untuk
lahan industri. Salah satu kemudahan yang diberikan untuk memajukan industry
adalah dengan pemberian kebebasan pajak selama 5 tahun untuk industri yang
padat tenaga kerja. Pemerintah juga mencetuskan rencana pendidikan 5 tahun yan
meliputi: perlakuan yang sama untuk pendidikan Melayu, Cina, Tamil dan Inggris,
serta penekanan pada ilmu alam dan Matematika. Salah
satu faktor yang diyakini memberikan sumbangan besar terhadap pembangunan
Singapura adalah tabungan masyarakat yang disebut sebagai Central Provident
Fund ( CPF ).19 CPF mulai diberlakukan pada tahun 1955
sebagai kewajiban menabung untuk dana pensiun bagi pekerja. Dana yang dipinjam
pemerintah dari CPF banyak digunakan
untuk membantu Housing
Development Board (HDB)
membangun perumahan. Selain itu CPF juga banyak digunakan untuk investasi publik dan sekuritas.
Pertumbuhan
industri Singapura yang sifatnya subtitusi impor pada masa ini banyak
dipengaruhi oleh pemikiran ekonomi politik internasional sebelum kemunculan
pandangan neoliberalisme. Setelah Singapura melepaskan diri dari federasi malaysia
pada tahun 1965, Singapura barulah mengubah strategi pembangunan yang bersifat
keluar dan berorientasi ekspor.
1. Strategi Orientasi Ekspor dan
Peningkatan Ekonomi Awal (1965-1978)
Setelah
lepas dari federasi Malaysia Singapura, PAP (People Action Party) harus mulai
membangun perekonomian Singapura. Awal pembangunan Singapura ini
dilatarbelakangi oleh ketidak stabilan politik dalam negeri dengan munculnya
kekuatan Partai Barisan Sosiallis (BS) menjadi oposisi dari PAP dan kecemasan
akan hilangnya sokongan kekuatan dari Inggris. Pada tahun 1967 pemerintah
Inggris menyatakan akan menarik mundur pangkalan militer pada tahun 1971.
Masalah
utama Singapura pada awal pembangunan adalah tingginya tingkat pengangguran,
jadi tindakan pada saat ini adalah dengan meningkatkan lapangan pekerjaan.
Stategi substitusi import harus segera ditinggalkan karena hubungan dengan
Malaysia sudah terputus, artinya akses pasar industri Singapura berkurang
besar. Kemudian industrialisasi dengan tarif pada saat itu sangatlah susah sebagai
negara yang kekurangan sumber daya alam. Kebijakan publik awal yang dikeluarkan
sebagai peralihan substitusi import ke industri orientasi ekspor adalah Economic Expansion Incentives Act tahun 1967.
Kebijakan
ini tujuannya untuk menarik investasi asing untuk menciptakan lapangan
pekerjaan untuk penduduk Singapura. Kebijakan ini antara lain meliputi
pembebasan pajak yang berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang memberikan
teknologi dan pemasukan bagi Singapura. Pajak yang dibebaskan bisa mencapai 15 tahun
tergantung pada keuntungan yang diberikan perusahaan–perusahaan asing tersebut. EDB (Economic Development Board) pada tahun 1968 diganti
menjadi Development Bank of Singapore (DBS) untuk menguasai area perindustrian
seperti Jurong Town Corporations.
Liberasi
perdagangan awal yang dilakukan Singapura juga meliputi pengurangan quota pada
tahun 1967 kemudian digantikan dengan tarif. Dan tariff Singapura pada tahun
1965-1967 tetap dianggap rendah bagi standar internasional pada saat itu. Tarif
perdagangan terus berjatuhan pada tahun 1970an. Pada tahun 1973 jumlah tarif
telah jatuh hingga 197 komoditi dan quota telah menurun hingga 3, dan memajukan
perdagangan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi, pemerintah Singapura
mempunyai beberapa prinsip untuk melakukan liberalisasi perdagangan. Prinsip
itu meliputi:
● Pertama, sudah ada satu komitmen untuk melakukan
perdagangan bebas dengan pemikiran mengenai tingkat proteksi yang rendah dan
konsumen dan produsen dapat berhubungan langsung dengan harga-harga internasional.
● Badan perdaganagan singapura telah mengupayakan stategi
peningkatan ekspor, terutama lewat peningkatan infrastruktur dan aturan fiskal
yang selektif.
● Berbeda dengan negara-negara berkembang lainya, kebijakan
‘open arms’ terhadap Multinational
Corporations (MNCs)
telah dikembangkan pesat awal proses industrialisasi.
● Bagian dari kebijakan perdagangan adalah liberalisasi
perdagangan melalui integrasi ekonomi, terutama melalui ASEAN.
● Kebijakan makro ekonomi, termasuk rejim pasar devisa, ditujukan
untuk mempertahankan daya saing dan aliran investasi asing ke Singapura, juga
rendahnya inflasi dan stabilitas harga domestik.
2.
Tahap
Pengaturan Ekonomi dan Diversifikasi (1979-1989)
Liberalisasi
sektor perdagangan dan finansial sebenarnya sudah mulai memasuki tahap mapan
pada periode ini. Stategi orientasi ekspor yang dijalankan sebelumnya didukung
oleh penurunan tarif perdagangan pada tahun 1969 dan seterusnya. Pada periode
ini tantangan yang dihadapi Singapura adalah :
● Pasar tenaga kerja yang ketat
bersamaan dengan peningkatan tuntutan pada tingkat gaji.
● Munculnya negara-negara yang
mempunyai tenaga kerja jauh lebih murah yang menjadi pesaing bagi investasi
MNCs. Kondisi ini dapat menggoyang ekonomi Singapura yang mengutamakan sumber
daya tenaga domestic sebagai daya tarik investasi asing jangka panjang.
● Perlunya resesi tahun 1985 yang
membuat Singapura lebih berhati-hati dalam melakukan liberalisasi.
● Suara oposisi politik PAP tahun 1981
meningkatkan pertanyaan terhadap hegemoni PAP.
Periode ini
diawali dengan kebijakan di sektor publik High wage policy tahun 1979. Walaupun perusahaan
multinasional mulai meningkatkan aktivitas modalnya di Singapura, tetapi
kekhawatiran akan persaingan untuk pasar tenaga kerja domestik meningkat. Ini disebabkan
karena negara-negara berkembang lain yang mempunyai
tenaga kerja murah dan kemungkinan munculnya proteksi pasar dari negara-negara maju. Maka dengan
kebijakan High
wage pemerintah
meningkatkan
motivasi bagi pekerjanya untuk
memperoleh gaji yang lebih tinggi bila mempunyai nilai tambah seperti keahlian dan
pengetahuan teknologi. Bagi sebagian kalanga akademisi kebijakan ini menjadi
salah satu faktor pemicu resesi tahun 1985.
Pemerintah
mengarahkan kebijakan perdagangan singapura menuju ekspor barang dan jasa yang
mempunyai nilau tambah tinggi seperti teknologi dan keahlian. Untuk itu
Singapura membentuk national
productivity board tahun
1981. Berbagai insentif pajak diberikan kepada reseach and development (R&D). Pada tahun 1980 pemerintah
melihat perlunya diversifikasi ekonomi, sehingga dalam rancangan pembangunan
ekonominya ditekankan:
1. Singapura harus mengadakan
diversifikasi pada kegiatan ekonominya kearah jasa informatif, seperti
komputer, medis, dan pergudangan.
2. untuk mengurangi ancaman proteksionisme,
pasar dikembangkan kenegara berkembang.
Rancangan ini di sampaikan oleh Goh
Chok Tong dalam pidato tahun 1980.
Secara
konsisten singapura ikut serta dalam liberalisasi perdagangan dunia seperti General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT) dan Asia Pasific Economic Cooperation (APEC). Keinginan untuk menurunkan tarif lewat PTA tahun
1978 tidak memuaskan dan mengecewakan buat Singapura. Rencana untuk
meningkatkan kerjasama dibidang industri tidak mencapai hasil yang telah
disepakati dalam kerjasama penurunan tarif ini. Kelemahan PTA ini terlihat pada
jumlah total perdagangan intra ASEAN yang hanya meliputi kurang dari 20% dari
keseluruhan total perdagangan.
Berbeda dengan segitiga pertumbuhan
Indonesia-Singapura-
Malaysia pada tahun 1989 yang dapat
dikatakan cukup sukses. Pada awalnya segitiga pertumbuhan ini merupakan ide
untuk saling menunjang dan melengkapi dalam sumberdaya ekonomi dan memancing
pertumbuhan di Johor dan Riau.
Tahun 1981
dan 1982 pertumbuhan ekspor Singapura mulai menurun. Kondisi yang tidak menguntungkan ini timbul bersamaan dengan
meningkatnya biaya
tenaga kerja dalam negeri. Biaya tenaga
kerja meningkat karena besarnya tuntutan masyarakat,
sehingga pemerintah mengantisipasi dengan kebijakan kenaikan gaji pegawai selama 3 tahun. Kebijakan ini menyebabkan biaya
tenaga kerja meningkat
tajam antara tahun 1980-1985. Kemudian
kontribusi pegawai lewat CPF (central provident
fund) juga ditingkatkan secara bertahap dan mencapai angka tertinggi sebesar 25% pada tahun 1985.
Sebagian kalangan
akademisi menganggap kebijakan High wage policy terlalu cepat untuk dilaksanakan sehingga menurunkan daya
saing domestik dan
merupakan sebuah kesalahan kebijakan
yang memicu resesi. Tetapi bagi pemerintah kebijakan ini adalah demi mengurangi
tuntutan sosial dalam negeri. Berbeda saat 1970-an ketika pertumbuhan Singapura
sedang mencapai puncaknya, peningkatan gaji
riil tetap dijaga dibawah pertumbuhan produktivitas riil. Masyarakat sadar akan hal itu, dan selanjutnya ketidak puasan
menyebar dikalangan masyarakat pada awal tahun
1980-an. Kemudian NWC( National Wages Council) mengeluarkan kebijakan
baru agar tuntutan ini tidak mengharap
kepada penurunan rasa percaya terhadap pemerintah dalam mengatasi
kesejahteraan.
3. Tahap pematangan Ekonomi
(1990-2000)
Pada bulan
November 1990 Perdana Mentri Lee kuan Yew diganti oleh Goh Chok Tong.
Diharapkan pergantian kepemimpinan ini dapat memajukan status negara Singapura
baik dipandang dari sisi domestik atau eksternal. Segera setelah Goh Chok Tong
memegang jabatan PM, ia meluncurkan visinya dalam sebuah dokumen yang dikenal The Next lap. Rencana ini adalah untuk segera
membangun ekonomi Singapura dari sebuah negara industri baru menjadi sebuah
negara maju. Isi dari The
Next Lap dituangkan
dalam SEP (Strategic Economic Plan) tahun 1990 mencakup 8 Strategi trust,
antara lain :
1. Memperkuat sumber daya manusia.
2. Meningkatkan kerja-tim nasional
3. Berorientasi internasional
4. Menciptakan iklim kondusif bagi
inovasi
5. Membangun sektor jasa dan manufaktur
6. Mengutamakan pembangunan ulang
ekonomi
7. Menjaga daya saing internasional dan
8. Mengurangi kerawanan (vulnerability)
Liberalisasi
perdagangan yang dilakukan Singapura sudah sampai tahap yang matang. Misalnya
antara tahun 1991-1994 tarif di Singapura sudah sangat rendah. Pada tahun 1994
penurunan tarif mencapai dibawah anggka 5 %.27 Sehubungan
dengan hal itu penetrasi impor meningkat sangat tinggi ke Singapura. Penetrasi
impor Singapura yang sedemikian tinggi antara lain karena :
1. Pertumbuhan perdagangan industri
dalam negeri pesat selama dua decade terakhir yang meningkatkan pertumbuhan
industri.
2. Tingkat konsumsi warga Singapura
yang cukup besar.
Pembatasan
impor ini juga senantiasa dikurangi sesuai dengan kebutuhan Singapura dan
penilaian pemerintah.
Dalam
melakukan liberalisasi perdagangan, Singapura menyikapi organisasiorganisasi
kerjasama dunia dengan aktif. Misalnya
menjadi tuan rumah pada acara ASEAN Summit yang keempat pada bualan januari
1992, yang isinya membicarakan tentant AFTA yang sudah direncanakan pada tahun
1989. Kemudian juga pada bulan September 1992 juga menjadi tuan rumah bagi
perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik.
Liberalisasi Ekonomi Periode
1965-1978
|
Reformasi Finansial
|
|
Reformasi Perdagangan
|
Juni 1967
1971
1972
Mei 1973
Juni 1973
1968-1973
1975
1978
1975-1980
|
Pemisahan mata uang bersama dari Common Currency Board menjadi dollar Singapura, malaysia ddan Brunnei
Mendirikan ACU untuk mengurusi mata
uang asing, dan menjalankan transaksi
internasional khusus dibawah kondisi
aturan
dan pajak
Memakai USD sebagai mata uang
intervensi
Pemisahan stock market bersama dengan
Malaysia. Dengan pemisahan ini SES
didirikan.
Floating dollar policy, mata uang tidak
dipatok pada USD, dibiarkan mengambang.
3 ijin jenis bank diberlakukan :
1968→ Full Licensed bank
1971→ Restricted lisenced bank
1973→ Offshore lisenced bank
Multicurrency peg, mata uang dipatok pada
mata uang negara-negara partner dagang
utama
Liberalisasi dollar Singapura, mata uang
Singapura bebas dipertukarkan
Kebijakan stabilisasi dengan cara apresiasi
nilai tukar oleh mas
|
1967
Agustus
1973
1973
1977
|
Pengurangan Kuota dan digantikan
dengan tariff
Ikut dalam perundingan GATT di
Tokyo, dan meratifikasinya (Tokyo
Round 1973-1979)
Pengurangan jumlah tarif dan
tersisa hanya padda 197 komoditi.
Ikut dalam ASEAN preferential
Tarif Arrangement. Tidak
memuasskan karena hanya meliputi
kurang dari 20 % total perdagangan
ASEAN
|
|
Kebijakan Publik dan Investasi
|
|
Kejadian Politik
|
1966
1967
1968
1968
1973
|
Beralih kepada Export promotion stategy
Economic Expansion Incentive
Act:
Pembebasan pajak dan pemberian
insentif
pada industry
Employment dan Industrial Relation Act
Pengatuan kembali EDB berubah menjadi
Development bank of Singapore yang
mengurusi daerah perindustrian
Investment promotion strategy,
peningkatan
industri menufaktur padat tenaga
kerja
|
1965
1966
Juli 1967
1968
1972
1973
1976
|
BS memboikot parlemen, dan
memberikan PAP kekuasaan penuh
terhadap parlemen hingga tahun
1984
Akhir konfrontasi dengan Indonesia
ASEAN dibentuk
PAP memenangkan pemilu dan
menag sebanyak 84,4% suara
PAP menang pemilu dengan suara
69.05
Krisis minyak dunia
PAP menang pemilu dengan suara
|
Liberalisasi Ekonomi Periode
1979-1989
|
Reformasi Finansial
|
|
Reformasi Perdagangan
|
1980
1981
1981
1981-1985
1986
|
Mematok kembali dollar Singapura pada
USD, untuk memperoleh stabilitas dan fixed rate
Strong Singapore Dollar Policy, untuk
menangkal inflasi dengan cara
mangadakan
apresiasi
MAS mengapresiasikan Dollar, untuk
mengurangi inflasi dari negara-negara
OECD
Singapura memperketat kebijakan nilai
tukar, tidak terjadi leberalisasi 1983-1984 MAS melakukan kontrol modal yang
ketat
Beralih pada multi currency peg
|
1983
12`1986
1989
|
Didirikan Singapore Trade and
Development Board untuk mengurusi
kerjasama perdagangan, liberalisasi
perdagangan, dan peningkatan kualitas
perdagangan
Mengikuti perundingan GATT di
Uruguay (UruguayRound 1986-1993)
Menjadi anggota APEC dengan tujuan
menyalurkan kepentingan liberalisasi
perdagangan.
|
|
Kebijakan Publik dan Investasi
|
|
Kejadian Politik
|
1979
1981
Maret
1985
1985
1986
1986
|
High Wage Policy, untuk membantu kebijakan perdaganagan
di arahkan kepada perubahan ke ekspor teknologi dan skill barang dan jasa yang
mempunyai nilai tambah.
Mendirikan National Produktivity Board yang mengurusi peningkatan
produktivitas pekerja
Privatisasi BUMN, untuk membantu
efisiensi, kemudian dimantapkan untuk membantu tumbuhnya pengusaha kecil di
Singapura
Menaikkan tingkat kontribisi CPF
hingga 25%
CPF diturunkan bertahap untuk
mengurangi
biaya tenaga kerja, dari 25% menjadi
10%
kontribusi
EDB mengeluarkan Local Industrial
Upgrading Program
|
1979
1980
1981
1984
Desember
1984
1985
1988
1988
1988
1989
|
Krisis minyak ke dua, meningkatkan
tekanan infasi global. Pertumbuhan
negara-negara OECD melambat.
PAP menekan pemilu dengan suara
75,5 %
By-Election di daerah Anson
dimenangkan oleh WP sebesar 51,01%
suara
Pemilu, kolisi oposisi meraih 35%
suara,
pertama kalinya banyak pemilih yang
berada dibawah usia 40 tahun.
PAP mereformasi kabinet dan parlemen
dengan kader-kader yang lebih
muda.Goh Chok Tong menjadi wakil
PM
Timbul resesi ekonomi di
Singapura,karena berbagai faktor yang
salah satunya karena terpengaruh
pertumbuhan OECD yang melambat
BS melebur dengan WP dan bernaung
dibawah nama WP
PAP memenangkan pemilu dengan
suara pemilih sebesar 61,8%. Tetapi
berhasil merebut kursi parlemen
sebanyak 80 kursi dan 81 kursi
Mr. Jeyaretnam pemimpin Wp
dikeluarkan dari parlemen dan
aktifitas
politiknya dibekukan hingga November
1991
Pembentukan segitiga pertumbuhan 3
negara Sijori
(Singapura,johor-Malaysia
dan Riau-Indonesia)
|
Liberalisasi Ekonomi Periode
1990-2000
|
Reformasi Finansial
|
|
Reformasi Perdagangan
|
1991-1994
1992
1996
Juni 1997
November
1997
Desember
1997
1998
Mei 1999
Desember
2000
|
Meningkatkan jumlah aktivitas
perbangkan,
memberikan ijim beroperasi sesuai
standar
Mengikuti bank for Internasional
Settlement (BIS) mengenai CAR sebesar
8%. Kemudian ditingkatkan hingga 12%
oleh MAS.
Liberalisasi prinsip
non-internasionalisasi
dengan mengijinkan perusahan asing
menukar asetnya dalam dollar
Singapura di
SES
Melebarkan Finansial, mengurangi
batasan
untuk peminjaman bank komersial.
Mendirikan financial sector Review
Group
untuk membantu liberalisasi sektor
finansial lebih lanjut
Tiga badan dibentuk untukmembantu
FSRG dalam meningkatkan liberalisasi
finansial.
Lee Hsien Loong menetapkan standar
supervisi baru dari MAS, membebaskan
konsultatif
Five Years Liberalization Package
untuk
Bank komersial. Standar Bank baru
yang
lebih berkualitas
Liberalisasi non- internasionalisasi
Dollar
Singapura. Pembatasan arus modal
pinjam
bagi warga dan warga negara asing
diturunkan.
|
Januari
1992
1991-1994
Januari
1995
Desember
1996
1998
1998
1998
|
ASEAN summit yang ke empat di
Singapura membentuk AFTA dengan 6
anggota termasuk Singapura.
Tarif diturunkan secara cepat,
kebanyakan
tarif sudah dibawah 5%, kecuali untuk
minuman berakohol dan mobil
WTO terbentuk, dan Singapura langsung
menjadi anggota tetap setelah
meratifikasi
GATT tahun 1973
Menjadi tuan rumah WTO Ministerial
Meeting yang pertama
Hampir semua tarif impor mencapai
angka
nol, kecuali untuk minuman berakohol
dan
mobil
Tarif diesel diturunkan
Pembebasan impor diturunkan dari 0,7%
ke 0,5%
|
|
Kebijakan Publik dan Investasi
|
|
Kejadian Politik
|
1990
1990
1991
1993
1993
1991-1995
Februari 1998
1998
1998
|
Mengeluarkan Strategic Economic Plan
1990 yang diadopsi dari dokumen Goh
Chok Tong The Next Lap
Divestasi total United Industrial
Coporation
Insentif pajak untuk perusahaan
lokal,
menjamin tumbuhnya perusahaan kecil
dan
menengah.
Singtel diprivatisasi sebagian
Program regionalisasi, GLC diekspansi
keluar Singapura. Tujuan utama asia
tenggara
Fase pertama dari NTP, menarik
teknologi
ke Singapura,Pemberian insentif
penelitian
pada universitas lokal dan perusahaan
Meningkatkan standar keterbukaan
untuk
mengelola CPF. Agar investor CPF
dapat
ikut menentukan keputusan
MTI mengeluarkan kebijakan
pengurangan
total biaya gaji sebesar 15%
CPF dikurangi sebesar 10%
|
November
1990
Agustus
1991
September
1991
1993
1994
1996
Januari
1997
1999
|
Goh Chok Tong menggantikan posisi Lee
Kuan Yew sebagai PM
Pidato nasional Goh Chok Tong untuk
klarifikasi posisi politiknya dan
mengumumkan pemilu lebih awal
PAP memperoleh suara sebesar 61 %
pada
pemilu, turun sebesar 2,2% dari
pemilu
sebelumnya.
Pemilihan presiden Ong Cheng Teong
Pemilu diundur
Mengeluarkan Parliamentary Elections
Act
yang isinya mengubah daerah pemilihan
GRC dan SMC, serta meningkatkan kursi
parlemen dari 81 menjadi 83
PAP memenangkan pemilu dengan suara
lebih dari pemilu 1991
Pemilihan presiden S. R. Nathan
|
E. Hubungan
ekonomi Singapura dengan ASEAN dan Indonesia.
1. Singapura dan Kerjasama Ekonomi
Asia Tenggara
Kawasan
Asia Tenggara adalah rumah dimana Singapura memajukan perekonomian. Sebagai
bagian dari kawasan yang berkembang pesat, Singapura menyadari bahwa keaktifan
dirinya akan memberikan keuntungan-keuntungan dalam menunjang pembangunan dan
liberalisasi yang dilakukannya. Kemudian sebagai negara kecil, posisi
politiknya dapat semakin ditingkatkan bila Singapura mempunyaikekuatan
tersendiri dalam hubungan diplomasi berupa kemampuan ekonomi.
Kerjasama
ekonomi ASEAN sudah dimulai sejak ASEAN dibentuk karena ASEAN berupaya
menghindarkan isu-isu rawan seperti politik. Sebagai negara yang mengutamakan perdagangan,
Singapura selalu terlibat dalam kerjasama ekonomi kawasan utama ini.
Setelah
ASEAN terbentuk tahun 1967, diadakan beberapa ASEAN Ministerial Meeting (AMM)
yang isi nya membahas kerjasama sektoral seperti makanan, pengapalan dan
pariwisata.28 Pertemuan-pertemuan ini sebenarnya telah membahas masalah ekonomi
terutama di dalam masalah perdagangan yang lebih bebas antara negara-negara
anggota, tetapi tidak secara spesifik menyebutkan perlunya kerjasama yang lebih
erat. Pada tahun 1972 AMM ke lima diadakan di Singapura dan tercetus ide
mengenai perlunya kerjasama regional untuk isu industrialisasi dan
liberalisasi. Ini disampaikan oleh perwakilan dari PBB yang dikenal dengan
Robinson Report.29 Pada bulan februari 1977, para menteri luar negeri ASEAN menandatangani
pembentukan PTA di Manila. PTA
merupakan suatu mekanisme untuk meliberalisasikan perdagangan intra ASEAN dan
merupakan suatu mekanisme yang dapat diterima negara-negara anggota-anggota
pada saat itu. Terbentuknya PTA menandakan sudah ada suatu keinginan untuk
mengadakan liberalisasi dari negaranegara sekawasan. Singapura sendiri sebagai
negara yang melaksanakan liberalisasi dan bersifat terbuka terlebih dahulu,
menginginkan arus perdagangan yang lebih besar dari negara-negara ASEAN. Pada
tahun 1979, Singapura sudah menurunkan tarif hingga mencapai antara 0-10%.
Penurunan tarif Singapura setelah PTA dilakukan karena pertama: Singapura harus
melakukan keterbukaan untuk kepentingan ekonominya, kedua: karena peranannya
sebagai pintu pelabuhan di Asia Tenggara berarti banyak melibatkan perdagangan
internasional.
Kerjasama
PTA membawa hasil yang sedikit, untuk pengurangan tarif hanya terbatas pada
produk-produk yang terbatas dan disepakati. Misalnya pada tahun 1980 PTA hanya
mencakup liberalisasi 2% dari total perdagangan intra ASEAN. Hingga tahun 1986
mencapai hanya 5% dari tahun 1987 hanya 337 dari 12,783 komoditas yang
ditawarkan di PTA yang dikenakan peraturan tarif. Tidak berjalannya PTA dengan
baik disebabkan karena negara-negara anggota( kecuali Singapura) tidak ingin
mengikut sertakan komoditas-komoditas tertentu dalam kerjasama ini. Misalnya
Fhilipina komoditas yang tidak diikuikan sebesar 25% dan Thailand 63%. Proses liberalisasi ekonomi di Singapura tentu lebih cepat
dari negara lain karena secara aktif Singapura membuka dirinya dan
mengikutsertakan dirinya dalam kerangka liberalisasi GATT. Tetapi setidaknya
langkah awal untuk liberalisasi di kawasan Asia Tenggara sudah dimulai. Setelah
terjadi resesi tahun 1985 dan melihat kondisi PTA, maka pada Manila Summit
tahun 1987 muncul ajakan yang kuat untuk melakukan kerjasama ekonomi yang lebih
tinggi. Dalam pertemuan ini memang ada peningkatan pembicaraan mengenai
liberalisasi lebih lanjut. Negara-negara anggota PTA diharapkan mengurangi
jumlah barang yang tidak diikutsertakan hingga 10%, dan komoditas yang
diperdagangkan mencapai 50% dari total perdagangan intra ASEAN pada tahun 1992.
Keinginan
untuk mendirikan area perdagangan bebas kemudian dihidupkan kembali oleh PM
Thailand Anand Panyarachun dan di dukung oleh PM Singapura Goh Chok Tong pada
tahun 1991. Pada pertemuan menteri luar negeri di Kuala Lumpur juli 1991,
proposal ini diterima baik, dan mencapai kesepakatan mengenai pembentukan FTA
di bulan oktober 1991. Secara formal AFTA dibentuk tahun 1992 di Sinapura bulan
januari 1992.
2. Hubungan
dengan Indonesia.
Hubungan
Indonesia dengan Singapura adalah hubungan bilateral antara Republik Indonesia dengan Republik Singapura. Dari
tahun ke tahun, Indonesia dan Singapura membina hubungan kunjungan kenegaraan
tingkat tinggi. Hubungan ini ditandai dengan kerja sama ekonomi yang kuat.
Dalam beberapa tahun terakhit, Singapura secara konsisten menjadi investor
asing terbesar di Indonesia. Kerja sama antara Indonesia dan Singapura juga
meliputi beberapa bidang, termasuk kesehatan, pertahanan, dan lingkungan hidup.
Hubungan
antara Indonesia dan Singapura kebanyakan didorong karena kedekatan geografis.
Singapura merupakan salah satu negara tetangga terdekat Indonesia. Wilayah
negara kota ini dikepung wilayah Indonesia di bagian barat, selatan, dan timur,
terjepit di antara Malaysia dan Indonesia. Kedua negara adalah
pendiri ASEAN, dan negara anggota Gerakan Non-Blok dan APEC.
Terletak di
jalur perdagangan bahari tersibuk di Selat Malaka,
menjabat sebagai salah satu pusat utama perdagangan dunia, perdagangan dengan
dan melalui Singapura menjadi penting bagi Indonesia untuk menyediakan jalur
perdagangan ke seluruh dunia. Begitu juga sebaliknya, pengusaha Indonesia juga
penting bagi Singapura. Perdagangan adalah motivasi umum utama kedua negara
hubungan luar negeri, masing-masing mitra adalah mitra dagang utama satu sama
lain.
Volume
perdagangan Indonesia-Singapura mencapai $36 miliar AS ($29,32 miliar AS).
Singapura merupakan investor luar negeri teratas bagi Indonesia, dengan total
kumulatif dari US $ 1,14 miliar pada 142 proyek. Perdagangan antara kedua
negara juga mencapai sekitar $68 miliar AS pada tahun 2010. Pada saat yang
sama, ekspor non-migas Indonesia ke Singapura adalah yang tertinggi di kawasan
asia tenggara.
Bab 3. Penutup
Kesimpulan
Singapura
adalah sebuah republik parlementer dengan sistem pemerintahan parlementer unikameral Westminster yang mewakili berbagai konstituensi. Konstitusi Singapura menetapkan demokrasi perwakilan sebagai sistem politik negara ini.
Partai Aksi Rakyat (PAP) mendominasi proses politik dan
telah memenangkan kekuasaan atas Parlemen di setiap pemilihan sejak menjadi
pemerintahan sendiri tahun 1959.
Liberalisasi kebijakan ekonomi adalah
bagian dari strategi pembanguan Singapura.
Alasan Singapura melakukan liberalisasi
ialah karena negara Singapura sejak awal melakukan keterbukaan, rasa ketidak
amanan adalah argumen penting yang membuat pemerintah Singapura tetap ikut
aktif berpartisipasi mengamankan kepentingan ekonomi politiknya. Salah satunya
disebabkan karena kondisi Singapura sebagai negara kecil yang tidak mempunyai
sumber daya alam.
Daftar
pustaka
Anonim.
(2012, Mei 12). Singapura.
Dipetik Maret 17, 2014, dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas: http://id.wikipedia.org
Information
Division, Ministry of Communications and Information. 1985. Singapore Facts and Pictures 1985. Singapore: Ministry of
Communications and Information
Subardo,
R. (2012, April 17). Antara
Soeharto, Mahathir, dan Lee Kuan Yew. Dipetik Mei 17, 2012, dari
Kompasiana: http://kompasiana.com
Zakaria,
F. (1994, April ). A
Conversation With Lee Kuan Yew. Dipetik Mei 17, 2012, dari Foreign Affairs: http://www.foreignaffairs.com
Ilham,
M. (2012, Mei 17). Diktator
Itu Bernama Lee Kuan Yew .
Dipetik Mei 20, 2012, dari Kompasiana: http://www.kompasiana.com
Muharromah,
D. O. (2010, Januari 14). Analisis
Pemikiran Politik Lee Kuan Yew: Hubungan Strategis Antara Otoriterisme,
Demokrasi, dan Kebijakan Pembangunan. Dipetik Mei 20, 2012, dari All About
Domestic and International: http://go-one-go.blogspot.com
Gan kenapa gak upload pdfnya aja Gan biar makalahnya lebih mudah di download?
BalasHapusgini aja gan, biar yg laen tinggal copas, gak perlu donlod... :D
HapusSalam.
BalasHapusMau nanya mas. Artikel di atas berasal dari makalah atau skripsi atau apa ya.